Home Kesehatan Faktor Random Sebabkan Kanker, Bagaimana Pencegahannya

Faktor Random Sebabkan Kanker, Bagaimana Pencegahannya

Jakarta, Gatra.com- Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. Dr. dr. Aru W Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP mengatakan, selain karena faktor genetik dan gaya hidup bisa memicu munculnya kanker ataupun tumor ganas, penyebab kanker bisa juga terjadi dari faktor random. “Kita pakai kata random. Kanker itu akibat peristiwa mutasi," ujarnya dalam talkshow Kalbe dengan topik Beyond Physical: Mental and Emotional Impact.

Prof Aru memaparkan bahwa dalam tubuh seseorang itu sel akan selalu membelah dan berganti baru. Dalam rangka pembelahan sel itu selalu terjadi mutasi dan ada yang namanya random mutation. "Jadi tidak ada penyebab apa-apa,” tuturnya seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin (21/2).

Nah lebih detail ia menjelaskan, mengapa kita tidak kena kanker?. Menurut dia, karena seseorang memiliki sistem perbaikan dalam tubuhnya. "Kita itu mempunyai sistem repair, di dalam tubuh kita seperti ada satpam yang keliling-keliling kalau menemukan ada sel yang sedang tidak benar membelah sel, kita akan reparasi, dimatikan,” paparnya.

Pada keadaan seimbang itu, maka tubuh manusia dinyatakan masih sehat. Namun, di dalam tubuh manusia selalu mengalami berjuta-juta mutasi. Prof. Aru menekankan, apabila montirnya itu dilemahkan dengan cara kita hidup, maka akan terjadi kerusakan.

Tak heran, sejumlah penyebab kanker tidak berdasarkan faktor genetik maupun lifestyle. Lalu, bagaimana pencegahannya?. “Random kesalahan yang kebetulan itu tidak direparasi dengan sistem tubuh, karena ada yang kita tidak ketahui," jelasnya.

Memang untuk mencegah itu penting tapi tidak ada tolak ukurnya, akhirnya yang penting itu deteksi dini. "Itu pun enggak gampang, karena beberapa tumor seperti kanker ginjal dan kanker pankreas, sebelum dia menekan saraf, sebelum dia membuat gangguan fungsi, itu tidak akan ketahuan gejalanya,” jelasnya.

Ketika divonis terpapar kanker, tak hanya perjuangan pasien yang dibutuhkan, tetapi juga dukungan dari keluarga. Namun, dukungan keluarga yang berlebihan dapat menimbulkan toxic positivity.

Contohnya, ketika terus-menerus memberikan motivasi positif yang membuat pasien kanker merasa tidak dipahami, karena pasien kanker memiliki ketakutan. Hal ini yang menurut Hematologi Onkologi Medik MRCCC Siloam Semanggi, dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM penting dilakukan.

“Ini sebenarnya fenomena yang cukup sering. Saat kita menemani keluarga atau teman kita yang berobat, kita harus dengar dulu pasien perlunya apa. Bukan kita berusaha menutup ketakutannya dengan memborbardir memberikan motivasi positif, yang justru itu menjatuhkan mental pasien (mental breakdown),” pungkas dr. Jeffry.

96