Home Kesehatan Aspek Self Healing Penting Bagi Pejuang Kanker, Ini Alasannya

Aspek Self Healing Penting Bagi Pejuang Kanker, Ini Alasannya

Jakarta, Gatra.com- PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui Kalbe Ethical Customer Care (KECC) bekerjasama dengan Indonesia Cancer Care Community (ICCC) menyelenggarakan serangkaian kegiatan World Cancer Day.

“Kalbe melakukan rangkaian kegiatan yang melibatkan 29 rumah sakit cancer center, baik swasta maupun pemerintah di 19 kota besar di Indonesia," ungkap Marketing Deputy Director One Onco Kalbe Farma, dr. Selvinna, M.Biomed dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/2).

Tujuannya, memberikan dukungan kepada pasien dan survivor kanker, termasuk deteksi dini, konsultasi kesehatan, serta self healing mandiri untuk pasien kanker dan pendamping.

"Kalbe juga menghadirkan layanan ekosistemOne Onco, yang memberikan solusi komprehensif bagi kebutuhan pejuang kanker di Indonesia, termasuk deteksi dini, konsultasi online serta nutrisi untuk pejuang kanker,” kata  dr Selvinna.

Sebagai informasi, One Onco adalah sebuah ekosistem dalam bentuk platform digital yang hadir sebagai support system bagi pasien, survivor maupun caregiver kanker di Indonesia.

Platform ini merupakan hasil kolaborasi dengan berbagai stakeholder kanker. Mulai dari fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan di bidang onkologi, komunitas kanker hingga platform digital di bidang kesehatan.

Medical General Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr. Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, AIFO-K menambahkan, Aspek self healing merupakan hal yang penting bagi pejuang kanker. Hal ini karena dilatarbelakangi oleh banyaknya kasus pasien kanker yang meninggal di seluruh dunia.

Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer di Globocan 2020, terdapat 19,3 juta kasus kanker di dunia dan 9,9 juta kasus pasien kanker meninggal setiap tahunnya.

Sehingga, membuat penderita kanker merasakan serangkaian emosi, mulai dari marah, putus asa, hingga depresi, yang juga dapat memengaruhi nafsu makan.

“Salah satu kunci sukses terapi adalah pasien itu memiliki kesiapan nutrisi yang baik. Sebab, pada saat terjadi malnutrisi, terapi menjadi terhambat karena tubuh pasien tidak dapat menerima paparan terapi yang diberikan. Bahkan, terapi harus dihentikan,” ujar dr Dedy.


Dalam kondisi gizi buruk, tubuh pasien tidak dapat menahan efek samping yang terjadi. "Kedua, malnutrisi meningkatkan komplikasi lain, misalnya infeksi, yang berisiko menurunkan kualitas hidup pasien atau lama rawat menjadi lebih panjang dan biaya perawatan lebih mahal,” tambahnya.

Salah satu penyebab terjadinya malnutrisi pada pasien kanker ialah berdasarkan jenis kankernya. Pasien kanker nasofaring dan kanker saluran cerna memiliki risiko tinggi mengalami malnutrisi. Selain itu, semakin tinggi stadium kanker, maka risiko malnutrisinya juga semakin besar.

Dampak dari sitokin juga berpengaruh terhadap malnutrisi. Sebab, sitokin secara umum menyebabkan tubuh pasien kanker membutuhkan kebutuhan makan yang lebih banyak, tapi di sisi lain turut menghambat nafsu makan.

Kemudian, faktor kemoterapi dan radioterapi. Terapi tersebut dapat menimbulkan gejala samping seperti mual, muntah, dan sariawan.

Gangguan psikologis juga dapat membuat pasien takut untuk mengonsumsi makanan. Padahal, pasien kanker membutuhkan banyak asupan kalori dan protein.

Salah satu produk yang dapat membantu memenuhi asupan nutrisi pasien kanker ialah Nutrican. “Pilihlah jenis makanan yang memiliki densitas energi (kalori) yang besar," kata dia.

Artinya, makan sedikit tapi bobot kalori dan proteinnya besar. Sehingga pasien tidak terbebani saat makan. "Jadi sebagai keluarga, kita harus memilih makanan yang kecil tapi mengandung kalori dan protein tinggi itu apa saja,” ungkap dr. Dedy.

239