Jakarta, Gatra.com- Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Rijani Tirtoso menyatakan pada presidensi G20, LPEI menghadirkan 16 UKM terpilih, di antaranya merupakan hasil program Jasa Konsultasi Coaching Program for New Exporter (CPNE).
Program pelatihan berkelanjutan ini berlangsung selama 1 tahun ini merupakan rintisan ekspor baru dihadirkan untuk menunjukan ketahanan UKM di tengah pandemi Covid-19.
"Program ini bisa kita bilang inklusi keuangan kepada para UKM berorientasi ekspor yang bertujuan agar dapat melahirkan eksportir baru. Kehadiran mereka pada presidensi G20 menunjukan ketahanan para UKM menghadapi badai pandemi yang telah terjadi selama kurang lebih 2 tahun terakhir,” ungkapnya dalam keterangan tertulis pada Jumat (18/2).
Para UMKM hasil CPNE ini dapat kita temui pada stand Rumah Joglo dan Rumah Minahasa di JCC, Senayan. Produk-produknya cukup variatif, seperti fashion, kerajinan tangan dan dekorasi rumah, sampai dengan aksesoris.
Lebih uniknya lagi, alat tenun bukan mesin (ATBM) dari salah satu mitra binaan yang memproduksi kain sarung diboyong langsung ke JCC dan menarik perhatian sejumlah delegasi, bahkan Menteri Keuangan RI.
Program Jasa Konsultasi, CPNE merupakan salah satu mandat Pemerintah melalui Undang-Undang kepada LPEI untuk menciptakan eksportir baru. Program pendampingan dan pelatihan selama 1 tahun ini juga tetap dilakukan LPEI pada masa pandemi Covid-19 dan telah melahirkan lebih dari 2000 alumni.
Harapannya terjadi inklusi keuangan yang berkelanjutan kepada UKM dapat terakselerasi khususnya terkait ekspor sesuai dengan salah satu agenda finance track pada presidensi G-20 Indonesia yaitu “Financial Inclusion: Digital and SMEs”.