Sragen, Gatra.com - Persediaan minyak goreng subsidi di minimarket waralaba selalu habis. Berbagai prasangka kecurangan membuat masyarakat gelisah.
Anggota Komisi II DPRD Sragen, Jateng di wilayah Gemolong dan kota, saat melakukan sidak tak menemukan minyak bersubsidi itu ditawarkan. Di rak penjualan kosong. Di sana hanya tertulis 'minyak goreng habis'.
Sidak di Alfamart, Indomaret dan swalayan itu digelar dalam rangka menindaklanjuti keluhan masyarakat. Kalangan DPRD menerima laporan keluhan UKM terkait sulitnya mendapatkan migor subsidi.
Di pasaran hanya tersisa migor curah dan non subsidi dalam kemasan. Lantaran harganya mahal, UKM terpaksa menaikkan harga jual produknya. Para konsumen UKM pun menjerit.
"Sidak ini sebenarnya ingin tahu apakah benar pasokannya seret. Lalu bagaimana reaksi konsumen," kata Ketua Komisi II Hariyanto kepada Gatra.com, Jumat (18/2).
Ia juga mengecek manajemen minimarket apakah ada hak khusus bagi konsumen tertentu. Sebab, aturan pembelian maksimal satu sampai dua liter tiap transaksi.
Haryanto mendapat informasi adanya pembeli memborong sampai dua kardus. Per kardus berisi delapan kemasan ukuran 1 liter. Dari manajemen minimarket memastikan aturan penjualan migor subsidi tak boleh dilanggar.
Hariyanto meminta kondisi semacam ini disikapi secara bijak oleh semua kalangan. Subsidi tersebut seharusnya dinikmati kalangan UKM dan keluarga berpenghasilan rendah.
"Seperti ini memicu kepanikan dan penimbunan. Kami mendesak pemerintah segera beri solusi," katanya.
Mengenai stok yang selalu kosong, distribusinya memang tidak rutin. Hal itu diperparah pasokan yang terbatas.
"Migor subsidi datangnya tidak pasti. Itu pun mereknya lain-lain. Datang bisa pagi, siang maupun sore. Begitu tiba, pasti langsung habis dibeli," urai Syafrudin, pegawai Alfamidi di wilayah Sragen Kota.
Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan dan Pengembangan perdagangan Dinas Koperasi UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sragen, Widya Budi Mudhita mengatakan, komoditas migor subsidi memang bergejolak. Di pasar tradisional justru lebih langka.
Hal itu terjadi karena pasokan dari suplier terbatas. Sementara kebutuhan konsumen tinggi.
"Stok di daerah masih sulit karena pasokan terbatas. Kalau untuk harga sebenarnya dari pemerintah memang Rp 14.000 tapi untuk migor curah masih sekitar Rp 17.000an," tandasnya.