Batanghari, Gatra.com - Belum lama menempati rumah dinas Bupati Batanghari, Zulva Fadhil langsung membawa emak-emak nongkrong di hutan kota (Teras Tembesu).
Pemilihan Teras Tembesu sebagai lokasi pertemuan bukan tanpa alasan. Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) berdarah minang ini ingin mengekplorasi wisata alam.
"Pertemuan ini bertujuan mengakrabkan kita yang mungkin secara personal tak terlalu dekat. Mudah-mudahan pertemuan ini bisa mengeluarkan ide-ide cemerlang emak-emak," kelakar ibu empat anak ini.
Ia meyakini emak-emak anggota Dekranasda Kabupaten Batanghari punya gagasan cemerlang yang terpendam. Melalui wadah Dekranasda, perempuan akrab disapa kak siul ingin menggali potensi kearifan lokal daerah ini.
"Kita bisa lihat bersama pemanfaatan kearifan lokal dari kayu-kayu yang ada. Pohon-pohon sudah tak produktif dibuat jadi wisata nan indah," katanya sembari menunjuk jejeran pohon Tembesu.
Dekranasda harus punya keluesan menggali potensi-potensi sumber daya alam guna meningkatkan daya saing pengrajin. Zulva sempat terkenang kala melintasi kawasan hutan kota sebelum berubah nama jadi Teras Tembesu.
"Lewat sini malam-malam pasti ketakutan. Tak pernah terpikir akan ada cahaya disini. Berkat kretifitas, kawasan ini bisa menghidupkan UMKM," ujarnya.
Mudah-mudahan kehadiran Teras Tembesu, Kecamatan Muara Bulian, kata Zulva mampu jadi motivasi Kecamatan lainnya menciptakan dan mengelola objek-objek wisata alam.
"Sehingga UMKM yang biasa jualan depan rumah bisa jualan di spot-spot wisata hasil tangan kreatif putra-putri terbaik daerah kita," ucapnya.
Dekranasda harus mampu menghidupkan pengrajin dengan cara turun lapangan sembari pemetaan. Baginya pembinaan non fisik paling penting demi keberlangsungan UMKM.
"Identifikasi potensi kearifan lokal masing-masing desa, kelurahan dan kecamatan. Dekranasda harus mengejar, mungkin masyarakat tidak pede, tidak yakin kalau produk UMKM mereka bisa laku dan laris," ujarnya.
Perempuan penggemar tenis lapangan ini dapat laporan ada kerajinan kayu bulian di daerah Kelurahan Sridadi. Hasilnya berupa piring, guci dan ulekan. Karya-karya tersebut punya nilai seni tinggi ketika dijadikan interior rumah, kantor serta hotel.
"Makanya kalau kita berangkat ke luar daerah, mata dan pikiran jangan cuma ke tanah abang bae (saja). Ada yang senyum itu," gelak Zulva.
Imajinasi anggota Dekranasda Kabupaten Batanghari harus aktif selama bepergian keluar daerah. Misalnya sewaktu berada di penginapan atau hotel-hotel.
"Lihat kondisi sekitar. Ini kok kayu bisa jadi vas bunga ya, ini kayu kok bisa jadi pigura, padahal itu kayu-kayu sisa. Tapi ketika diolah orang yang tepat, mengerti seni, maka bisa menjadi produk yang mempunyai nilai jual dan nilai estetika tinggi," ucapnya.
Zulva tak ingin anggota Dekranasda punya pola pikir dangkal. Dekranasda Batanghari harus ada gebrakan anyar selama 2022. Capaian ini tak lepas dari tangan-tangan kreatif pengrajin.
"Orang kreatif pasti repot. Mungkin keinginan saya ini aga berat lah ya, karena jiwa seni saya agak lumayan. Tapi saya gak ahli teori, memang ada yang cuma ahli teori," katanya.