Banyumas, Gatra.com – Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher (Sp THT KL), dr Supriyo SpTHT KL memperingatkan agar masyarakat tidak asal menggunakan alat bantu dengar jika ada keluhan tuli atau gangguan pendengaran.
Menurutnya alat bantu dengar berbeda dengan filosofi kacamata. Jika kacamata digunakan terus menerus akan semakin baik, sebaliknya alat bantu dengar justru bisa membuat masalah baru.
Berbeda dengan alat bantu dengar, alat ini digunakan hanya saat dibutuhkan saja. Fungsinya yakni hanya untuk membantu komunikasi.
“Filosofinya alat bantu dengar dengan kacamata itu beda. Kalau kacamata semakin sering dipakai akan semakin baik. Kalau alat bantu dengar tidak seperti itu, alat ini hanya digunakan saat dibutuhkan untuk membantu komunikasi saja,” kata Supriyo, di Banjarnegara, Selasa (15/2).
Dia membandingkan dengan kacamata. Jika kacamata digunakan oleh mata kanan dan kiri akan semakin bagus walaupun yang rusak hanya satu. Sedangkan untuk telinga, jika rusaknya satu cukup hanya satu saja yang menggunakannya, tudak perlu dua-duanya menggunakannya.
Dia juga menjelaskan, persoalan tuli, jika tuli bawaan lahir maka sulit untuk disembuhkan. Ada kemungkinan dikarenakan adanya kerusakan pada bagian bagian telinga, di mana bisa rusak saat dalam kandungan, yang disebabkan oleh virus, asupan gizi yang kurang saat ibu hamil.
“Kalau tuli bawaan lahir atau kongenital susah sembuhnya. Solusinya sekolah di sekolah luar biasa agar mampu berkomunikasi dengan baik. Dengan komunikasi non verbal,” terang dokter spesialis RSI Banjarnegara ini.
Ia juga mengharapkan masyarakat meminimalisir penggunaan headset yang terus terusan atau bekerja dengan kebisingan tanpa pelindung telinga. Sebab hal ini bisa memicu rusaknya alat pendengaran.