Jakarta, Gatra.com - Pakar pendidikan hingga pakar kesehatan bantah narasi negatif yang mengaitkan autisme dengan konsumsi air kemasan galon polikarbonat. Menurut para pakar tersebut hingga kini, penyebab autisme belum diketahui secara pasti.
Namun, risiko terjadinya gangguan autisme dapat meningkat apabila terdapat faktor genetik dan lingkungan, misalnya asap rokok, infeksi serta efek samping obat-obatan dan gaya hidup tidak sehat selama hamil.
Pakar Pendidikan Pakar pendidikan autisme, Imaculata Umiyati mengatakan bahwa penyebab anak menjadi autis masih multifactor dan membantah berita yang mengaitkan autisme dengan konsumsi air galon polikarbonat. “Waktu itu kita bicara tentang wadah yang berasal dari plastik, bukan isinya yang ada di dalam wadah tersebut. Penyebab autisme masih multifaktor,” ujarnya kepada Gatra.com, Selasa (15/2).
Menurutnya selama AMDK sudah mendapatkan izin sudah pasti aman. “Apabila tempat atau wadahnya aman dan minuman tidak mengandung gula, pewarna, tentu aman," ujar Umiyati.
Sebelumnya, Dokter spesialis anak dan Konsultan Tumbuh Kembang Anak, dr. Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH menegaskan bahwa tidak pernah ada anak menjadi autis karena mengkonsumsi air galon guna ulang.
Menurutnya, penyebab pastinya anak autis ini masih belum diketahui hingga kini. Yang baru diketahui adalah anak autis itu ada hubungannya dengan genetik tertentu seperti adanya autism pada kelainan Fragile X syndrome.
“Ada yang mengatakan autis itu hasil kombinasi genetik dan lingkungan. Tapi penyebab pasti sampai saat ini belum jelas. Yang pasti, yang mengatakan autis itu karena ibunya waktu hamil terlalu banyak meminum air galon guna ulang itu jelas salah. Tidak ada hubungannya itu,” kata Bernie Endyarni.
Dia mengatakan banyak teori yang menyampaikan penyebab-penyebab terjadinya anak autis ini, namun penyebab pastinya tetap masih belum diketahui hingga kini. “Ada yang menghubung-hubungkan dengan logam berat. Tapi, sudah sering disebut ada hubungannya dengan genetik,” pungkasnya.
Pemerhati autisme, Dr. dr. Y Handojo MPH juga mengutarakan hal serupa. Dalam bukunya yang berjudul "Autisme: pada anak", pendiri Yayasan Nathanisa, yang secara khusus menangani penyandang autism ini mengatakan, ada beberapa faktor diperkirakan yang menjadi penyebab terjadinya autism. Di antaranya adalah materi genetik yang dimiliki orang tua, adanya infeksi seperti toxoplasmosis, rubella dan candida. Juga karena keracunan logam berat, zat aditif seperti MSG, pengawet, dan pewarnamaupun obat-obatan lainnya.
Selain itu, autisme diperkirakan juga disebabkan karena tumbuhnya jamur berlebihan di usus anak sebagai akibat pemakaian antibiotika yang berlebihan, yang dapat menyebabkan kebocoran usus (leaky-gut syndrome) dan tidak sempurnanya pencernaan kasein dan gluten. “Namun secara umum belum ada kesepakan internasional mengenai penyebab anak auitis ini,” ungkapnya.
Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), autisme disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Penelitian terbaru mengonfirmasi beberapa kelainan genetik yang dapat memengaruhi seseorang terhadap autisme. Beberapa gen telah terlibat. Autisme sering kali dikaitkan dengan keterlibatan beberapa gen yang diturunkan. Autisme juga bisa menurun dalam keluarga. Jadi, kombinasi gen tertentu dari orangtua bisa meningkatkan risiko anak untuk mengalami kondisi tersebut. Selain itu, mungkin ada faktor metabolik atau biokimia yang dapat menyebabkan gangguan spektrum autisme. “Penelitian lain melihat pemicu lingkungan, termasuk paparan virus tertentu,” tulis NINDS.
Psikolog Anak sekaligus Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi atau yang lebih dikenal dengan Kak Seto juga menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada satupun orangtua dari anak penderita autis di Indonesia yang melaporkan ke LPAI bahwa anak mereka menderita autis karena kebanyakan minum air galon guna ulang. “Sampai saat ini LPAI belum pernah mendengar laporan ada anak yang menderita autis karena terlalu banyak minum air galon,” katanya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga tidak pernah merilis mengenai hal ini. Dalam rilis terakhirnya yang dimuat pada laman resminya, BPOM bahkan dengan tegas menyatakan dari hasil sampling dan pengujian laboratorium terhadap air minum dalam kemasan (AMDK) galon berjenis polikarbonat (PC) atau galon guna ulang yang dilakukan pada tahun 2021 menunjukkan bahwa produknya aman untuk dikonsumsi. Karenanya, BPOM mengimbau agar masyarakat harus menjadi konsumen cerdas dan tidak mudah terpengaruh oleh isu yang beredar.