Purworejo, Gatra.com - Tokoh masyarakat Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang pro quarry, Wasis, keberatan dengan pernyataan Beka Ulung Hapsara.
Pasalnya, usai menemui warga yang kontra quarry kemarin (Sabtu, 12/2), komisioner Komnas HAM itu langsung membuat setatemen yang dianggap menyudutkan aparat kepolisian.
"Kedatangan aparat polisi Desa Wadas (Selasa, 8/2 lalu) semata-mata karena permintaan warga pro tambang," kata Wasis.
Penjelasan Wasis itu ia berikan saat dialog antara Komnas HAM yang diwakili Tama dan warga pro quarry yang dilakukan di Mushola Dusun Beran, Desa Wadas, Kecamatan Bener, Minggu (14/2) kemarin.
"Kami dulu mau melakukan pengukuran tanah yang terdampak tambang. Tapi kami selalu dihalang-halangi kelompok kontra tambang. Makanya, kami minta pengukuran (Selasa, 8/2) dikawal polisi. Kenapa Pak Beka tidak menemui kami dulu," jelasnya.
Wasis meminta agar Komnas HAM bersedia melakukan pernyataan ulang, jangan menyudutkan salah satu pihak.
"Kami berharap kehadiran Komnas HAM ditengah-tengah kami mampu jadi jembatan bagi kami," pintanya.
Kedatangan aktivis HAM itu untuk melakukan dialog setelah Komisaris Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara menui warga kontra quarry sehari sebelumnya.
Dalam dialog yang dilakukan, terungkap adanya bullying terhadap anak dan perempuan yang diduga dilakukan oleh warga yang kontra quarry.
Bullying terhadap perempuan dilaporkan Sumadi yang merupakan kakak dari Sabar, ketua kelompok Wadas Cerdas yang berisi warga pro quarry.