Home Politik Pengamat: Strategi Kemhan Beli Alutsista Berteknologi Tinggi Sudah Tepat

Pengamat: Strategi Kemhan Beli Alutsista Berteknologi Tinggi Sudah Tepat

Jakarta, Gatra.com – Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI) berencana membeli 42 pesawat tempur Dassault Rafale hingga kapal selam kelas Scorpene dari Prancis. Rencana tersebut menjadi bagian tindak lanjut dari Kerja Sama Pertahanan (Defence Cooperation Agreement/DCA) yang disepakati Indonesia dan Prancis.

Rencana pembelian alutsista berteknologi tinggi itu disampaikan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto usai menerima kunjungan kehormatan Menhan Prancis Florence Parly di Jakarta pada Kamis (10/2).

“Kita mulai hari ini dengan tanda tangan kontrak pertama untuk 6 pesawat yang akan disusul dalam waktu dekat dengan kontrak untuk 36 pesawat lagi, dengan dukungan latihan persenjataan dan simulator-simulator yang dibutuhkan,” kata Prabowo dalam keterangannya kepada awak media.

Pengamat militer dan pertahanan Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati mengatakan, pembelian alutsista oleh Menhan merupakan langkah yang tepat guna mewujudkan pembangunan kekuatan TNI. Fungsi tersebut merupakan amanah UUD 1945 yang menyatakan tujuan nasional pertama adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta tujuan nasional keempat ikut melaksanakan ketertiban dunia.

“Pembelian pesawat tempur dari berbagai negara, seperti dari Perancis dan Amerika Serikat merupakan strategi yang jitu untuk mengimplementasikan balancing of power pada tataran regional dan global,” ujar Nuning dalam keterangannya kepada Gatra.com, Ahad (13/2).

Pembelian alutsista, termasuk pesawat tempur, dari negara-negara Anggota Dewan Keamanan PBB menurutnya punya dampak penangkalan yang tinggi. “Tidak semua negara bisa membeli meskipun anggarannya memadai. Kedua negara baik Prancis maupun Amerika Serikat pasti memiliki kalkulasi yang akurat dalam memproyeksikan kebijakan luar negeri masing-masing,” katanya.

Pakar intelijen itu menyebut, urgensi pembelian pesawat tempur sangat dipengaruhi dengan situasi dan kondisi yang dihadapi negara. “Pembelian alutsista tidak bisa disamakan dengan pembelian barang-barang umum. Butuh proses dan waktu yang lama. Ditambah tingkat kepercayaan yang tinggi dari negara penjual kepada negara pembeli. Kemhan RI sangat gesit melihat peluang yang ada,” Nuning menjelaskan.

Selain jet tempur, alutsista matra laut seperti Kapal Frigat dan Kapal Selam menurutnya alutsista yang harus segera diakuisisi dalam rangka peremajaan dan modernisasi. “Doktrin operasi gabungan kekuatan laut dan udara saat ini merupakan strategi utama dalam perang modern di masa mendatang. Selain peremajaan alutsista, maka penggunaan teknologi Unmanned System diyakini bisa lebih andal dengan biaya pengadaan yang bisa saja lebih murah,” katanya.

Penggunaan alutsista berteknologi sangat dibutuhkan dalam menangkal ancaman dari pihak musuh. Di mana perang masa depan tidak hanya berlangsung secara fisik, tetapi juga memanfaatkan kelincahan teknologi dan sumber daya siber. “Sangat penting bagi Kemhan RI untuk lebih memberi peran penting penggunaan Unmanned System. Apalagi dalam menghadapi ancaman siber, maka Unmanned System merupakan salah satu alternatif yang banyak dipilih negara-negara super power,” pungkasnya.

447