Purworejo, Gatra.com- Aktivis Komnas HAM, Tama mendatangi warga yang pro quarry di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Minggu (13/2). Kedatangannya untuk melakukan dialog setelah Komisaris Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara menui warga kontra quarry hari sebelumnya
Dalam dialog yang dilakukan, terungkap adanya bullying terhadap anak dan perempuan yang diduga dilakukan oleh warga yang kontra quarry. Bullying terhadap perempuan dilaporkan oleh Sumadi yang merupakan kakak dari Sabar, ketua kelompok Wadas Cerdas yang berisi warga pro quarry.
"Pernah, waktu istri saya pulang dari bekerja, dia jalan melewati kerumunan warga kontra tambang, mereka ramai-ramai menyoraki istri saya. Sampai istri saya menangis nahan rasa malu," keluh Sumadi saat bertemu aktivis Komnas Ham, di Mushola Dusun Beran.
Sumadi mengatakan dirinya dan keluarganya adalah orang kecil, apabila mendapat perlakuan seperti itu bingung tidak tahu harus mengadu kemana. "Beruntung saya bisa ketemu Komnas HAM, saya bisa curhat," katanya.
Aspirasi berikutnya dari Ketua warga pro tambang Desa Wadas, Sabar yang mengeluhkan suasana desanya yang tidak nyaman. Sabar menilai warga Desa Wadas terdiri dari orang-orang yang guyub rukun. Sebagian menjadi warga kontra tambang yang besar kemungkinan dipengaruhi oleh orang dari luar Desa Wadas.
"Mereka (orang luar Desa Wadas) dengan bebasnya bisa tidur di Wadas berhari-hari bahkan bertahun-tahun. Jika kondisi demikian gimana orang mau sadar, mau mendengarkan kajian ilmiah dan menerima tambang," ujar Sabar.
Dia menambahkan, hal tersebut tidak mungkin kalau masih ada ahli kompornya.
"Banyak orang luar dengan ciri-ciri seperti dari Indonesia timur, bertato, datang ke Wadas. Kalau seperti itu terus, orang Wadas (kontra tambang) kapan sadarnya," tandasnya.
Dia juga menambahkan, 66 orang yang diamankan polisi dalam.kericuhan pada Hari Selasa (8/2) lalu, sudah semestinya karena brutal. Kalau tidak brutal, 66 orang tidak mungkin diamankan polisi.
"Karena kami sering kali mendapatkan tindakan intimidasi dari warga kontra tambang. Makanya saya yakin, kalau orang luar tidak ada, orang kontra quarry akan sadar sesadar-sadarnya seperti dulu lagi."
Sementara itu, Tama, dalam kesempatan itu mengatakan bahwa, pihaknya telah mencatat terjadinya bullying terhadap anak dan perempuan.
"Bullying anak dialami oleh anak Pak Sabar dan bullying terhadap perempuan dialami oleh istri Pak Sumadi. Kedatangan kami untuk menghimpun aspirasi warga Wadas pro quarry, hasilnya nanti akan kami sampaikan pada Komisioner, Pak Beka," jelas Tama.