Home Teknologi Bukan Aphelion, Jateng Selatan Lebih Dingin karena Ini

Bukan Aphelion, Jateng Selatan Lebih Dingin karena Ini

Cilacap, Gatra.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah suhu dingin yang akhir-akhir ini terjadi di Jawa Tengah bagian selatan dipengaruhi oleh fenomena Aphelion.

Memang, beberapa waktu terakhir, masyarakat di Banyumas, Cilacap dan sebagian besar wilayah Jawa Bagian selatan merasakan suhu lebih dingin dari biasanya.

Kemudian beredar kabar suhu dingin tersebut dipengarui oleh fenomena Aphelion, yakni titik terjauh matahari ke bumi. Dalam narasi itu, dijelaskan bahwa selama beberapa waktu ke depan suhu bumi akan terasa lebih dingin dari biasanya.

Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan suhu dingin pada akhir dasarian awal Februari sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh musim hujan dan datangnya musim angin barat.

Menurut dia, periode musim angin barat telah dimulai. Angin bertiup dari Benua Asia ke Australia. Secara kebetulan, terdapat pusat tekanan rendah di Samudra Hindia selatan Jawa Barat. Kecepatan angin di daratan terpantau sekitar 25 knot.

“Sebenarnya kalau suhunya normal. Tapi karena embusan angin cukup kencang sehingga terasa lebih dingin,” ucap Rendy.

Menurut dia, pengaruh aphelion tidak secara signifikan memengaruhi suhu permukaan bumi. Fenomena yang terjadi saat ini adalah pola perubahan cuaca yang biasa terjadi secara periodik.

Mengutip laman www.lapan.go.id, Plt. Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Urip Haryoko membantah klaim fenomena Aphelion membuat suhu lebih dingin.

"Aphelion tidak berpengaruh signifikan terhadap suhu di Bumi. Hal itu termasuk pada periode Bumi letaknya lebih dekat dengan Matahari (Perihelion)" kata Haryoko, dikutip Jumat (11/2).

Menurut Haryoko, cuaca dingin yang terjadi dalam beberapa hari terakhir bukanlah karena Aphelion, namun akibat faktor-faktor lain di luar sebab Bumi berada di jarak terjauh dari Matahari.

Di waktu yang sama, secara umum, wilayah Indonesia juga berada pada periode musim hujan dengan masa puncak terjadi pada Februari 2022.

Dikutip dari situs Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), fenomena Aphelion merupakan keadaan di mana titik orbit bumi terjauh dari matahari. Fenomena Aphelion ini terjadi karena orbit bumi tidak melingkar dengan sempurna melainkan berbentuk elips.

Saat fenomena Aphelion terjadi, diameter matahari akan terlihat lebih kecil dibandingkan rata-rata, yakni sekitar 15,73 menit busur atau berkurang 1,68 persen. Selain itu, saat posisi matahari di utara, terjadi tekanan udara di belahan utara yang lebih rendah dibandingkan belahan selatan yang mengalami musim dingin.

Namun, LAPAN menyebutkan posisi bumi yang berada pada titik terjauh dari matahari tidak akan berpengaruh pada suhu maupun panas yang diterima bumi. Panas dari matahari akan terdistribusi ke seluruh bumi, dengan distribusi yang juga dipengaruhi pola angin.

1622