Mataram, Gatra.com – Angka kematian penduduk akibat rabies atau penyakit anjing gila dalam catatan Word Healt Organisation (WHO) cukup mengenaskan. Dari tahun 1998 hingga 2007 saja ditemukan tidak kurang dari 95% penyebab kematian penduduk dunia akibat Rabies yang umumnya terjadi di Aprika dan Asia. Dari angka ini, sebagian besar yang tewas menimpa anak-anak usia produktif di bawah 15 tahun.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian, Samsul Maarif, menjelaskan, kerugian ekonomi akibat serangan penyakit mematikan di kedua benua tersebut tercatat US$8,6 miliar.
“Kejadian di Provinsi NTT misalnya, sejak tahun 1998–2007 kerugian ekonomi yang ditimbulkan lantaran rabies ini senilai Rp142 miliar. Dengan asumsi rata-rata kerugian per tahunnya Rp12,4 miliar. Di Bali saja dari tahun 2008–2011 tercatat kerugian ekonomi akibat rabies tidak kurang dari Rp336,5 miliar atau rata-rata Rp8,4 miliar per tahun. Umumnya kematian akibat banyak terjadi di perdesaan, karena sering bersentuhan dengan anjing liar,” kata Samsul Maarif di Mataram, Rabu (9/2).
Pada launching Kader Siaga Rabies se-Pulau Sumbawa itu, Samsul Maarif menekankan, penularan rabies ini harus diwaspadai masyarakat dan diperlukan keterlibatan berbagai sektor untuk menanggulanginya.
“Diperlukan sosialisasi, edukasi bahkan vaksinasi harus dilakukan untuk mencegahnya. Masyarakat juga diminta untuk tidak melepas anjing liar sembarangan. Ini cara untuk terbebas dari gigitan anjing liar sehingga kerugian ekonomi dan kesehatan bisa dicegah sedini mungkin,” katanya.