Tokyo, Gatra.com - Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mengatakan pada Rabu (9/2) bahwa pemerintah akan memperpanjang pembatasan COVID-19 di Tokyo dan 12 prefektur selama tiga minggu karena varian Omicron terus menyebar.
Jepang telah memecahkan rekor harian untuk kasus virus corona dan jumlah kematian di tengah lonjakan infeksi yang disebabkan serangan varian Omicron.
“Ini akan menambah satu prefektur lagi ke dalam daftar wilayah yang menghadapi tindakan darurat, termasuk pembatasan jam kerja restoran,” kata Perdana Menteri, kepada wartawan, dikutip Reuters, Rabu (9/2).
Pemerintah setempat akan menyiapkan sekitar 1.000 fasilitas medis sementara untuk merawat pasien virus corona, bersama dengan pemerintah daerah Tokyo dan Osaka.
Jepang telah menyatakan sejumlah tingkat darurat beberapa kali selama pandemi dua tahun terakhir. Keadaan darurat secara penuh dapat dilakukan dengan menutup tempat yang menjual alkohol, pembatasan kehadiran di acara olahraga dan budaya, dan denda bagi kalangan pebisnis yang tidak patuh.
Tindakan tersebut memberi kelonggaran gubernur daerah untuk memerintahkan pembatasan gerakan sosial dan jam kerja.
Dengan penutupan perbatasan Jepang selama hampir dua tahun, kehidupan mahasiswa dan pekerja terganggu. Para pemimpin bisnis memperingatkan tentang kemungkinan dampak ekonomi, terutama di tengah pasar tenaga kerja yang ketat.
Kishida mengatakan bahwa dia akan "memikirkan tindakan yang tepat" mengenai apa yang dia sebut sebagai aturan perbatasan ketat di antara negara-negara kaya Kelompok Tujuh, tanpa memberi sinyal pelonggaran.