Cilacap, Gatra.com – Untuk menggenjot produksi padi pada 2022, Pemerintah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mulai menerapkan sistem pola tanam Indeks Pertanaman 400 (IP 400) atau tanam empat kali setahun dalam satu kawasan.
Penyuluh Pertanian Cilacap, Surur Hidayat mengatakan, IP 400 diterapkan di wilayah Majenang yang memiliki sistem irigasi teknis dan ketersediaan airnya cukup sepanjang tahun. Sementara ini, pada 2022-2003, uji coba dilakukan di kawasan seluas 1.000 hektare dan akan terus bertambah luas seturut keberhasilan program intensifikasi.
“Intensifikasi itu artinya intensifikasi teknologi yang ada. Yang kedua, optimalisasi lahan, ini kan sekarang ada IP 200, IP 300, IP 400. Ini Cilacap kayaknya ada 1.000 hektare lahan,” katanya, Senin (7/2).
Dia menjelaskan, biasanya petani menanam dua atau tiga kali per tahun di satu kawasan yang sama. Dalam pola optimalisasi indeks pertanaman (opit), dilakukan sejumlah penyesuaian agar satu kawasan bisa ditanami empat kali.
Di antaranya dengan optimalisasi alat mesin pertanian (alsintan) dan pemilihan bibit super genjah atau berusia di bawah 100 hari. Sementara, benih tanaman disebar di lokasi berbeda sehingga ketika tiba musim panen, bibit sudah berusia cukup untuk segera ditanam.
“Untuk optimalisasi lahan. Jadi menambah indeks pertanaman. Namanya Opit, optimalisasi indeks pertanaman. IP 400 berarti tanam empat kali dalam setahun,” ujar dia.
Surur menambahkan, untuk menggenjot produksi gabah, Pemkab Cilacap juga memperluas kawasan tanaman atau indeks pertanaman. Wilayah yang sebelumnya tidak dikelola dengan optimal akan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan produksi padi 2022 ini.
Sementara, Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah memprediksi produksi gabah kering giling (GKG) di wilayah setempat mencapai 358.650 ribu ton hingga Maret 2022 ini.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, Sigit Widayanto mengatakan produksi padi itu diperoleh dari luasan 56.928 hektare yang tertanam.
Dia menjelaskan, untuk menanggulangi dampak panen maupun pertanaman yang mundur karena berbagai alasan, seperti curah hujan, kondisi ekstrem, dan kemarau maka dilaksanakan upaya penanaman padi di seluruh lahan baku sawah seluas 66.527 Ha pada MT I Tahun 2021/2022.
Selain itu juga dilakukan optimalisasi penggunaan alsintan berupa traktor untuk pengolahan lahan, pembuatan persemaian tray untuk alsintan transplanter. Serta pemanfaatan transplanter untuk penanaman bibit padi, mengingat tenaga tanam/ tandur, sangat terbatas pada saat musim tanam.
“Prediksi luas panen padi pada Januari sampai dengan Maret 2022 adalah sebesar 56.928 hektare atau setara produksi 358.650 ton GKG,” kata Sigit.