Yogyakarta, Gatra.com - Dalam enam bulan ke depan, Maret-Agustus 2022, program literasi digital Tular Nalar menyasar hampir 6.000 kelompok lanjut usia di 25 kota besar di Indonesia. Kelompok lansia termasuk kelompok rentan yang tidak terlindungi dalam pemanfaatan ruang digital.
Dihadirkan oleh konsorsium beranggotakan MAARIF Institute, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) dan Love Frankie, Tular Nalar merupakan sebuah program literasi digital bagi insan pendidikan di Indonesia.
Pada 2022, dengan semangat turut meningkatkan kapasitas literasi digital warga lansia, MAFINDO didukung Google.org meluncurkan Lansia Cakap Digital secara online pada Senin (7/2/2022). Program ini dihadirkan untuk mendampingi warga lansia yang tergolong kelompok rentan digital agar dapat beraktivitas dalam ruang digital dengan aman.
"Lansia masuk sebagai satu dari lima kategori yang rentan tereksploitasi kejahatan dunia digital. Pertama anak, selanjutnya perempuan, lansia, penyandang disabilitas, dan warga yang berada di daerah 3T," kata Program Manajer Tular Nalar, Santi Indra Astuti, dalam webinar acara tersebut, Senin (7/2).
Dalam mengakses ruang digital, Santi menyebut kelompok lansia memiliki banyak keterbatasan semisal pengolahan informasi yang valid dan terverifikasi, mengalami technostress, keterbatasan akses pada perangkat digital, keterbatasan fisik karena penurunan beberapa fungsi tubuh, mudah termakan hoaks, dan tidak sadar dalam hal perlindungan data pribadi.
"Karena itu, kita ingin mendampingi kelompok lansia lewat program Tular Nalar yang lahir dari banyaknya pengalaman dalam program Tular Nalar pada dunia pendidikan yang menjangkau 28 ribu dosen, guru, mahasiswa dan siswa sebelumnya," ujarnya.
Dalam gerakan literasi digital yang akan menyasar 6.000 lansia di 25 kota besar Indonesia, Tular Nalar tidak hanya menginginkan generasi muda menjadi pendamping para lansia memahami tentang dunia digital.
Namun mereka juga dituntut untuk berbagi pengalaman dan ilmu agar kelompok lansia tetap produktif di era digital dengan menempatkan lansia sebagai orang tua.
Dalam mengakses ruang digital, kelompok lansia ini menurut Santi kerap termakan pemberitaan bohong, terutama soal kesehatan, ancaman pada anggota keluarga, dan politik.
"Respons dengan menyebarkan berita bohong itu sebenarnya dilakukan dengan semangat melindungi diri dan keluarganya. Namun mereka belum bisa berpikir kritis dengan informasi yang diterima," lanjutnya.
Pegiat literasi digital, Yosi Mokalu, menyatakan saat ini tantangan dalam mensosialisasikan literasi digital pada kelompok lansia terkait jumlah lansia di Indonesia pada 2019 yang mencapai 27,1 juta jiwa. Di dalamnya ada beberapa kelompok lansia yang buta huruf dan penyandang disabilitas.
"Tular Nalar inilah yang akan menjadi jembatan komunikasi antara generasi muda dan kelompok lansia dalam hal pendidikan literasi digital," katanya.
Kepala Hubungan Publik Google Asia Pasifik, Ryan Rahardjo, berkata, Google.org punya komitmen untuk memerangi misinformasi dan disinformasi di Indonesia dengan mendukung komunitas mitra dalam mengembangkan pelatihan literasi melalui program Tular Nalar.
"Kami berusaha melindungi masyarakat Indonesia berbagai rentang usia, termasuk warga lansia, dari misinformasi dan memahami cara untuk mendeteksi berita hoaks dengan lebih baik," jelasnya.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Informasi dan Komunikasi Semuel Abrijani Pangerapan menjelaskan, gerakan nasional literasi digital Tular Nalar bisa meningkatkan kompetensi literasi digital bagi lansia yang selama ini rentan menjadi sasaran kejahatan digital.
"Di konsep ruang digital sebagai tulang punggung kehidupan, Kominfo tidak ingin ada yang tertinggal dalam pemanfaatan ruang digital. Kami ingin warga lansia mendapatkan pendampingan sekaligus perlindungan di ruang digital," ungkap Semuel.