Kupang, Gatra.com – Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Republik Indonesia (Pusdokkes RI) prihatin atas kerusakan infrastruktur yang dialami Rumah Sakit Bhayangkara (RSB) Titus Uly Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Akibat badai Seroja yang berlangsung pada April 2021 silam, sejumlah CT scan rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi. Oleh karenanya, Pusdokkes pun mengganti alat-alat tersebut.
“Saya terharu ketika mendapat berita RSB Titus Uly mengalami kebanjiran dan alat CT scan-nya rusak, tidak bisa dipakai. Saat itu pula saya perintahkan untuk diganti dengan yang model terbaru, dari [tipe] 30 slice dengan [tipe] 80 slice,” beber Kapusdokkes Polri, Irjen Pol Dr dr. Rusdianto, M.M., DFM sekaligus meresmikan aula Rupatama RSB Titus Uly, Kupang, Jumat (4/2).
Untuk diketahui Computed Tomography Scan (CT scan) telah menjadi alat penunjang kesehatan yang penting bagi rumah sakit. Alat yang menggabungkan teknologi X-ray dan komputerisasi ini digunakan untuk mendiagnosa berbagai penyakit pasien dan membaca kondisi tubuh sejak dini secara detail dan akurat.
Rusdianto mengingatkan pula bahwa RSB Titus Ully juga kini sudah memiliki alat untuk melakukan tindakan Extracorporeal Shock Wave Lithotrispy (ESWL). Alat ini dapat memancarkan gelombang kejut untuk memecahkan batu ginjal tanpa perlu dioperasi.
Karena itu, para pasien batu ginjal tak perlu jauh-jauh lagi ke Denpasar atau Surabaya untuk mendapat terapi ini. Terlebih, RSB tersebut tak hanya menyediakan alat ESWL, tapi juga dilengkapi dengan alat hemodialisa. Ini merupakan terapi cuci darah yang umumnya dilakukan oleh pengidap penyakit ginjal.
“Karir saya semuanya diawali RSB Titus Uly Kupang. Kemudian mengantarkan saya ke Pusdokkes Polri. Jadi NTT inilah tanah air saya yang kedua. Sepanjang karier saya di kepolisian selama 30 tahun 8 bulan, di Kupang NTT selama 13 tahun,” tandasnya.
Sebagai Kapusdokkes, Rusdianto prihatin atas fakta bahwa jumlah tenaga medis di kepolisian masih sangat terbatas. Setiap tahunnya, Polri hanya menerima 10 atau 11 dokter yang direkrut sebagai dokter Kepolisian. Bandingkan dengan TNI yang setiap tahun menerima 200 orang.
Dengan demikian, setelah menjabat sebagai Kapusdokkes Polri, dirinya bertekad untuk terus meningkatkan kemampuan Rumah Sakit Polri di seluruh Indonesia. Di antaranya dengan melatih seluruh sumber daya manusianya.