Jakarta, Gatra.com – Kekhawatiran akan serangan Covid-19 dapat mempengaruhi kesehatan secara fisik seseorang. Ahli spesialis penyakit dalam dari RSCM, dr. Hamzah Shatri mengatakan timbulnya anggapan itu secara berlebihan sebenarnya merupakan bentuk dari gejala psikosomatis.
Hamzah mengatakan, psikosomatik adalah kondisi atau gangguan ketika pikiran yang memengaruhi tubuh, hingga memicu munculnya keluhan fisik. Hal tersebut terjadi karena tidak stabilnya sistem saraf otonom.
"Psikosomatik dapat terjadi akibat ketidakstabilan sistem saraf otonom, di mana sistem saraf simpatis dan saraf parasimpatis menjadi tidak seimbang. Sehingga terjadilah gangguan psikosomatik dan imunitas turun," kata dr Hamzah, saat acara Webinar Simposium Awam Manajemen Panik Akibat Covid-19 Varian Omicron dengan Telemedicine RSCM, Jumat (4/2).
Hamzah menyebut psikosomatik dapat terjadi pada mereka yang khawatir tertular, pernah terpapar Covid, menjalani isolasi sosial, dan stres akibat pandemi. Gejala psikosomatis bukan hanya stres, tapi juga gejala fisik seperti nyeri dada, sesak napas, kelelahan, hingga merasa tubuh terlalu panas atau demam.
Oleh sebab itu, Gejala psikosomatis tak boleh dianggap sepele karena bisa memperburuk keadaaan, terlebih yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid. "(Komorbid) bisa memberikan suatu tekanan dan bentuk beban. Tentu bisa lebih buruk dampaknya," ucap Hamzah.
Hamzah menekankan pentingnya manajemen stres. Dengan pengelolaan emosi yang baik, Hamzah mengatakan gejala psikosomatis dapat diminimalisir.
"Beritahu diri sendiri untuk tetap tenang. Kalau mendengar berita negatif, cek sumbernya, atau tanya pada ahli. Intinya jangan cemas berlebihan, lebih baik kalau kita bisa saling mendukung satu sama lain," papar dr Hamzah.