Kupang, Gatra.com - Simpatisan mantan Ketua DPD Partai Demokrat NTT, Jefry Riwu Kore Kamis, (3/02) melakukan aksi demo di Polda Nusa Tenggara Timur (NTT). Massa yang berjumlah sekitar 150 orang ini minta Kapolda NTT tidak memberikan izin untuk DPD Partai Demokrat NTT pimpinan Leo Lelo mengadakan rapat kerja, Sabtu 5 Februari 2022 mendatang.
“Agus Hari Murti Yudhoyono (AHY) tidak pantas menjadi Ketua Umum Partai Demokrat dan lebih cocok menjadi ketua kelas. Pasalya AHY dinilai tidak tahu berhitung. Tidak bisa membedakan mana yang lebih besar antara angka 11 dan 12. Anak SD pun tau itu ,” teriak salah satu orator Yonatan Gah.
Angka ini 11 – 12 yang dimaksud, karena dalam Musda DPD Partai Demokrat bulan Oktober 2021 lalu Leo Lelo yang direstui AHY hanya mendapat 11 dukungan DPC. Sementara Jefry Riwu Kore yang kala itu masih sebagai Ketua DPD memperoleh 12 dukungan DPC di NTT.
Sehingga Yonatan menilai, seharusnya berdasarkan hasil pemilihan dalam Musyawarah Daerah (Musda) Partai Demokrat NTT, Leo Lelo kalah suara.
“AHY ini Ketua DPP yang tidak paham matematika. Tidak bisa berhitung, sehingga tidak bisa membedakan, mana angka kecil dan besar,” tegas Yonatan.
Lebih lanjut para simpatisan Jefry Riwu Kore menuntut agar Polda NTT melarang kegiatan Partai Demokrat di NTT sampai AHY selaku Ketua Umum Partai Demokrat menjelaskan dan menglarifikasi perihal tersebut.
Simpatisan Jeriko mengancam akan memboikot setiap kegiatan Partai Demokrat di NTT jika kepolisian Polda NTT tidak mengambil sikap.
“Hari ini kami datang kepada bapak Kapolda NTT untuk menyampaikan dengan baik-baik. Bahwa kami minta agar semua kegiatan Partai Demokrat di NTT dilarang demi keamanan dan ketertiban umum. Kalau tidak, segala bentuk kekacauan yang akan terjadi menjadi tanggung jawab bapak Kapolda ,” tegas Herison Arianti Kore, orator lainnya.
Aksi demo simpatisan Jefry Riwu Kore dimulai sekitar Pukul 11.00 Wita diisi dengan orasi para simpatisan di Taman Nostalgia Kupang. Selanjutnya para simpatisan melakukan konfoi sambil berorasi menuju Polda NTT.
Tak lama melakukan aksi, perwakilan masa aksi kemudian diterima oleh Kabid Humas Polda NTT, Kombes Pol Rishian Krisna. Setelah menyampaikan tuntutannya, sekitar pukul 12.30 WITA masa aksi kemudian membubarkan diri.
Para simpatisan Jefry Riwu Kore yang berdemonstrasi di depan Mapolda NTT juga membawa serta sejumlah spanduk bertuliskan aneka sindiran dan kritik terhadap AHY.
Beberapa diantaranya seperti: 'Hanya di Demokrat, angka 12 kalah dengan angka 11'. 'AHY tidak pantas jadi pemimpin, tidak punya etika, pengecut,'. 'AHY bukan Panglima, tapi mayor bau kencur.'
Spanduklainnya bertuliskan kalimat: 'katanya Jokowi otoriter, ternyata AHY lebih brengsek,'. 'AHY masih bocil, belum pantas jadi pemimpin,' "AHY Karbitan,' 'AHY cocok belajar jadi Ketua Kelas,'