Tebo, Gatra.com- Kebijakan operasi pasar yang dilakukan pemerintah untuk menstabilkan harga minyak goreng Rp14 ribu per kilogram ternyata belum merata. Terbukti, di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi, sejumlah pedagang menjual komoditas pangan tersebut masih berkisar diharga Rp18 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram (liter.
"Sekarang masih modal mahal, jadi kita jual mahal. Nanti jika sudah dapat modal murah baru kita jual murah," kata Pipin, salah seorang pedagang di pasar tradisional Lebak Bungur, Muara Tebo, Kabupaten Tebo, Rabu (02/02).
Dia mengaku harga tersebut sudah diterapkannya sebelum tahun baru 2022 kemarin. Dia juga mengaku saat ini penjualan minyak goreng sepi pembeli. Pasalnya, sudah banyak subsidi atau minyak murah yang dijual disejumlah minimarket. "Kalo di pasar kan belum ada subsidi Karena modalnya sudah mahal, ya terpaksa kita jual mahal juga," ucapnya.
Ditanya jika pemerintah mengeluarkan edaran terkait harga minyak goreng harus dijual sesuai harga yang telah ditetapkan yakni Rp14 ribu per kilogram, dia berkata,"untuk sekarang kita tetap menjual dengan harga tinggi. Nanti kalau semua sudah habis terjual, baru kita beli lagi dan dijual sesuai harga anjuran pemerintah," katanya.
Terpisah, salah seorang karyawan Minimarket di Kecamatan Tebo Tengah, Nely mengaku sudah dua hari ini jumlah pembeli minyak goreng meningkat dari hari sebelumnya. Ini karena adanya minyak goreng kemasan bersubsidi yang dijual dengan harga Rp14 ribu per bungkus ukuran satu liter. "Pembelian dibatasi. Satu orang hanya boleh membeli 2 pics dalam kemasan dua liter," kata Nely.
Sementara, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Ketenagakerjaan (Disperindag Naker) Kabupaten Tebo melalui Kabid Perdagangan, Edy Sofyan mengaku jika harga minyak goreng di Kabupaten Tebo sudah stabil. "Sudah stabil, harganya Rp14 per liter (kilogram)," kata dia.