Jakarta, Gatra.com- Menuntaskan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia merupakan tugas yang berat. Untuk bisa mencapai jumlah penduduk yang sangat besar dan tersebar di berbagai wilayah yang sebagian sulit dijangkau, tentu membutuhkan kerja sama yang sangat solid. Berita baiknya, segenap perjuangan itu berbuah manis karena capaian vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah mencapai lebih dari 280 juta dosis.
Capaian ini membawa Indonesia naik menjadi peringkat empat dunia dari sisi jumlah rakyat yang telah mendapat suntikan vaksin, tersisa lima provinsi lagi yang belum mencapai 70% suntikan pertama.
Keberhasilan vaksinasi ini, sesuai amanat Presiden Joko Widodo, dilakukan atas kerja sama berbagai pihak, tak terkecuali peran Badan Intelijen Negara (BIN). Jauh sebelum Covid-19 di awal 2020 masuk ke Indonesia, BIN sudah mengamati fenomena ini sejak kasus di Wuhan.
Sebagai lembaga yang diamanatkan oleh undang-undang punya peran pencegahan dan deteksi dini terhadap berbagai ancaman, BIN sudah melakukan pencegahan. Salah satunya, penggunaan masker yang dilontarkan oleh BIN yang disampaikan pada Pemerintah, ujar Mayjen TNI Agoes Joesni, Deputi bidang Intelijen Luar Negeri BIN dalam keterangannya kepada Gatra.com, Selasa (1/2).
Sebagai narasumber webinar bertajuk 'Kerja Sama Dalam Negeri dan Luar Negeri Percepat Vaksinasi', Agoes menekankan bahwa program vaksinasi sebagai perintah Presiden yang diselenggarakan BIN di seluruh Indonesia dilakukan mulai dari pemetaan di lapangan, membuat aplikasi untuk mendeteksi kedisiplinan menggunakan masker dan sebagainya, melakukan sosialisasi dan narasi untuk melawan hoaks seputar vaksinasi.
"Bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan membuat sertifikat vaksinasi karena semua orang yang telah divaksinasi harus bisa dideteksi, hingga penyediaan vaksin serta fasilitas penunjangnya," imbuhnya.
Deputi bidang Intelijen Ekonomi BIN, Made Kartikajaya, yang juga menjadi pembicara dalam forum daring itu menjelaskan jika BIN memiliki tim penanganan Covid-19. BIN bertugas menyediakan vaksin di seluruh Indonesia.
"Sebagai penanggung jawab koordinasi dengan Kemenkes, Dinas Kesehatan di daerah, di awal pertama vaksinasi dilakukan sejak 14 Juli 2020, vaksin masih terbatas dan belum merata maka untuk daerah masih dianggarkan dari Jakarta," paparnya.
Peran vaksinasi sangat vital bagi keberlangsungan kehidupan. Dampak pemberlakuan PSBB dan PPKM, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi. Dengan vaksinasi akan ada pergerakan masyarakat, maka ekonomi bisa pulih. Tercapainya program vaksinasi akan menjadi tolok ukur untuk memulihkan ekonomi nasional, ucap Made.
Maka, seperti dikatakan Agoes, salah satu kerja sama yang dilakukan oleh BIN dengan pihak luar negeri adalah berkolaborasi sesuai kemampuan yang mereka miliki, misal dalam hal pengadaan vaksin. Termasuk dengan rekanan yang ada di Indonesia, bekerja sama dengan Kemenlu. Prinsipnya, kita butuh vaksin, mereka memproduksi, sesuai arahan Presiden kita membuka peluang kerja sama termasuk transfer teknologi, kata Agoes.
Dalam praktiknya, pelaksanaan vaksinasi tak semulus yang dibayangkan. Beberapa hambatan dijumpai, seperti faktor psikologis misal ada rasa ketakutan pada sebagian masyarakat, lokasi yang sulit dijangkau padahal mereka bersedia divaksin, anggapan merasa sehat maka kenapa harus vaksinasi, serta faktor religi yang menganggap vaksinasi dilarang oleh kepercayaannya.
Diakui Agoes, persoalan religius yang melibatkan tokoh adat dan pemuka agama cukup sulit ditangani. Maka, dibutuhkan komunikasi dan pemahaman dengan bantuan aparat TNI/Polri, Babinsa, Bhabinkamtibmas, juga perangkat desa.
Percepatan vaksinasi sangat diperlukan, meski Indonesia sudah mencatatkan keberhasilan luar biasa yang diakui mata dunia. "Untuk meningkatkan antibodi seseorang, booster perlu dilakukan. Karena booster bisa meningkatkan antibodi lebih tinggi dibandingkan vaksinasi kedua," ujar dr. Purwati, Ketua Stem Cell Research and Development Center Universitas Airlangga.
Dia menambahkan, percepatan vaksinasi amat penting karena selain melipatgandakan antibodi individu, juga untuk membentuk herd immunity. "Maka, untuk ketahanan vaksinasi ke depannya, perlu dilakukan penguatan-penguatan. Selain kerja sama dengan berbagai pihak termasuk Pemerintah, BIN, dan lembaga pendidikan, juga dibutuhkan akses untuk perawatan, penguatan sistem komunikasi publik seperti melakukan 3M, dan sebagainya," kata Purwati.
Diskusi ini mengingatkan kembali pada masyarakat bahwa Covid-19 belum selesai, apalagi kini muncul varian baru seperti Omicron. "Entah sampai kapan. PSBB, PPKM, dengan banyak pembatasan terbukti tidak enak. Maka jaga lingkungan tetap sehat, lakukan 3M, vaksinasi, hidup sehat," ujar Agoes.