Home Gaya Hidup Ini Makna Bagi-bagi Kue Keranjang Saat Imlek

Ini Makna Bagi-bagi Kue Keranjang Saat Imlek

Karanganyar, Gatra.com - Bagi-bagi kue keranjang saat Imlek atau Tahun Baru Cina, memiliki makna mendalam bagi warga keturunan Tionghoa di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng). Mereka yang tinggal berdampingan dengan warga berbagai etnis dan latar belakang, perlu tetap harmonis.

Tokoh masyarakat Tionghoa Karangpandan, Harsanto atau dikenal akrab dengan nama Koh Wasiang mengatakan bagi-bagi kue keranjang sudah menjadi tradisi tiap Imlek bagi warga keturunan Tionghwa di Karangpandan. Terutama di perkampungan sekitar Pasar Karangpandan. Mereka telah membaur dengan warga setempat. Di wilayah itu tak hanya dihuni keturunan Tionghwa, namun juga etnis lain seperti Minang, Banjar, dan Bali.

Koh Wasiang mengatakan, sekitar 50 keluarga keturunan Tionghoa memprakarsai event Imlek tiap tahun. Namun, beberapa tahun ini, tidak dulu menggelar kegiatan yang menimbulkan keramaian, mengingat pandemi Covid-19. Meski demikian, bagi-bagi kue keranjang tetap dipertahankan. Menurutnya, tradisi itu bukan sekadar bermakna berbagi makanan. Tapi juga dimaknai perekat hubungan.

Baca juga:

"Kue keranjang itu lengket. Sampai kapanpun dibuat dengan berbagai bahannya agar tetap lengket. Maknanya perekat. Merekatkan hubungan. Terutama dengan para tetangga, antarelemen dan pemerintah setempat," katanya, Selasa (1/2/2022). Bentuk kue keranjang yang seperti lingkaran, menandakan kekeluargaan yang erat dan tidak mudah dipisahkan.

Dalam kesempatan jelang Imlek, Koh Wasiang bersama para sesepuh warga Tionghwa Karangpandan membagikan kue keranjang ke komunitas multietnis. Mereka juga membagikan kue mirip dodol itu ke Bupati Karanganyar Juliyatmono.

"Rasa kue keranjang manis. Semua merasakan rasa itu saat menyantapnya. Karena kue keranjang adalah perekat persaudaraan, maka seharusnya dirasakan manisnya persatuan dan kebersamaan dirasakan sama," katanya.

1477