Batang, Gatra.com - Puluhan ribu hektare lahan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah masuk kategori kritis. Keberadaan lahan-lahan yang perlu penghijauan itu mengancam daerah resapan air.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Batang A Handy Hakim mengungkapkan, terdapat 80 hektare lahan kritis yang berada di empat kecamatan.
"Lahan kritis tersebut ada di Kecamatan Bawang, Reban, Blado dan Bandar," kata Handy, Senin (31/1).
Menurut Handy, lahan kritis di daerah-daerah dataran tinggi seperti di Desa Gerlang Kecamatan Blado dan Desa Pranten Kecamatan Bawang terjadi karena paradigma masyarakat yang beralih dari tanaman keras atau tegakan menjadi tanaman kentang.
“Dari segi ekonomi memang sangat bagus. Tapi dari sisi lahan sangat mempengaruhi kesuburan dan daya tangkap tanah terhadap air,” ujarnya.
Menurut Handy, upaya penghijauan dengan penanaman pohon berkayu keras dan tanaman tegakan sudah dilakukan secara bertahap, untuk mengurangi luasan lahan kritis yang selama ini terus mengancam daerah resapan air.
"Dari 80 ribu hektare lahan kritis, penghijauan dengan tanaman tegakan ada sekitar 30 ribu hektare sudah tertangani. Sementara sisa lahan 50 ribu hektar secara bertahap dilakukan metode demplot,” ujarnya.
Handy menyebut, dengan banyaknya kawasan industri dan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan air mengalami peningkatan yang tidak sedikit. Untuk itu diperlukan upaya menjaga sumber air bawah tanah.
“Kalau kita tidak segera bergerak melakukan penghijauan dan melestarikan alam dengan tanaman tegakan di daerah atas, kita takutkan ke depan anak cucu kita kesulitan air bersih,” tandasnya.
Handy mengaku sangat mendukung adanya industrialisasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun dengan catatan tidak mengabaikan kelestarian alam.
“Perkembangan pesat industri yang ada di daerah bawah harus kita imbangi dengan penghijauan di daerah atas. Kita sangat mendukung investasi tapi juga tetap memelihara kelestarian alam, sehingga semua bisa berjalan seimbang,” ucapnya.