Cilacap, Gatra.com – Guru SD berumur 57 tahun, Rutimah menjadi wisudawan tertua di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam atau STAI Sufyan Tsauri Majenang, Cilacap. Dia berhasil merampungkan pendidikan S1 hingga menyandang SPdI dalam waktu 4 tahun.
Selama perjuangan merampungkan pendidikan tinggi bukan urusan gampang. Banyak kendala yang menghadang Rutiamah agar tetap belajar dan menyelesaikan studi.
Rutimah mengatakan, kampus dengan tempat tinggalnya di Desa Panimbang Kecamatan Cimanggu yang berjarak hampir 10 kilometer. Selain itu, dia tidak bisa mengendarai sepeda motor.
“Tiap berangkat selalu diantar. Kadang sama suami, kadang anak,” kata dia, dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (30/1).
Kendala lainnya adalah statusnya sebagai guru SD sekaligus ibu rumah tangga. Dia harus mengurus segala hal di rumah sebelum berangkat mengajar. Atau ketika akan ke kampus.
Namun angin mulai berpihak padanya sejak pandemi terjadi. Kampus menerapkan pembelajaran jarak jauh atau daring. Hingga dia tidak perlu bersusah payah ke kampus untuk mengikuti perkuliahan.
“Lumayan terbantu saat pandemi. Jadi bisa kuliah dari rumah,” ucap dia.
Sebelumnya, Rutimah memang pernah kuliah di perguruan tinggi lainnya di Cilacap. Namun terhenti ketika dia sudah masuk semester 6 karena terkuras tenaga dan pikiran. “Kampus jauh dari rumah dan capai,” tuturnya.
Dan sejak 2017 lalu, dia mengambil keputusan kuliah lagi di STAI Sufyan Tsauri dan menjadi keputusan berat. Rutimah harus mengulang dari semester 1.
Sementara, Ketua STAI Sufyan Tsauri, Dr H Supriyanto, Lc, MSi mengapresiasi perjuangan Rutimah. Dia menilai daya juang dan semangat belajar mahasiswa tertua di kampus ini patut menjadi teladan.
“Saya sangat salut dengan semangat belajar. Hingga akhirnya bisa wisuda bersama mahasiswa lainnya,” ucap Supriyanto.
Dia berharap agar para wisudawan dari semua jurusan bisa menjaga karakter sebagai lulusan lembaga pendidikan tinggi agama Islam. “Jaga karakter,” ujarnya.
Menurutnya, wisuda juga menjadi salah satu momen menggembirakan bagi mahasiswa dan juga keluarganya. Karenanya mahasiswa harus merasakan kegembiraan tersebut bersama keluarga dan orang tercinta.
“Minimal hari ini para wisudawan merasakan bahagia,” tandasnya.