Jakarta, Gatra.com – Memperingati Hari Gizi Nasional ke-62, pada Selasa (25/1), Indonesia masih menghadapi tantangan stunting. Indonesia juga masih memikul beban ganda masalah gizi, yaitu masih banyak penduduk yang mengalami kekurangan gizi mikro, makro dan gizi lebih.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto menjelaskan bahwa secara nasional, prevalensi balita stunting masih sebesar 24,4%, underweight sebesar 17% dan wasting sebesar 7,1% (SSGI, 2021).
Agus menyebut tantangan untuk meningkatkan status gizi semakin besar saat ini. Sebab, pandemi Covid-19 berpotensi mengganggu kondisi kesehatan, sosial-ekonomi masyarakat serta mempengaruhi pola makan atau asupan makan.
"Kita masih harus bekerja keras dan perlu langkah luar biasa untuk menurunkan stunting hingga 14% di tahun 2024 sebagaimana yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024. Dalam upaya pencapaian target tersebut diperlukan dukungan dari semua pemangku kepentingan," ujar Agus, Rabu (26/1).
Agus menyebut percepatan penurunan stunting ini harus dilaksanakan secara holistik, integratif, dan berkualitas. Hal tersebut harus melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi di antara instansi.
Agus menambahkan, momentum hari gizi bisa digunakan untuk berbagi dan bergerak bersama memberi perhatian pada remaja, ibu hamil, pasangan usia subur dan calon pengantin.
Berdasarkan data, pasangan usia subur yang bukan peserta KB masih ada sebesar 16.347.800, jumlah ibu hamil sebesar 4.887.405 ibu dan balita stunting sebesar 5,33 juta balita.
"Perlu juga pendampingan khusus untuk daerah dengan jumlah kelompok risiko tinggi di 7 provinsi prioritas prevalensi stunting tinggi (NTT, sulbar, aceh, NTB, Sultra, Kalsel, Kalbar) dan 5 provinsi jumlah absolut besar (Jabar, Jatim, Jateng, banten dan Sumut) tanpa mengabaikan provinsi lainnya," katanya.