Banyumas, Gatra.com – Dinas Sosial Kabupaten Banyumas meminta seluruh suplier menyediakan komoditas pangan berkualitas, untuk Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) periode Februari nanti.
Sebelumnya, sejumlah komoditas pangan disorot karena berkualitas buruk pada awal Januari lalu, terutama beras setelah ditemukannya beras berbau apek di sejumlah kecamatan pada penyaluran Januari 2022 ini.
Kepala Dinas Sosial Banyumas, Widarso mengatakan bulan Januari dan Februari adalah periode paceklik bagi masyarakat. Secara nasional pada Januari belum ada panen Masa Tanam Pertama (MT) 1.
“Sekarang ini, memang hampir secara nasional.. Kita informasi harga beras naik itu, umumnya, rata-rata itu di bulan Januari,” katanya, Rabu (26/1).
Akibatnya, harga beras naik dan berpotensi terjadi kelangkaan. Karena itu, periode Januari dan Februari adalah waktu di mana bantuan beras dan bahan pangan lainnya, sangat dibutuhkan untuk masyarakat kurang mampu.
“Jadi musim hujan itu dimulai Oktober. November, Desember, ini baru mulai panen. Jadi dalam istilah Jawa ini dinamakan musim paceklik,” ujarnya.
Dia meminta agar para suplier menyediakan beras berkualitas meski dalam posisi stok minim. Sebab, E-Warong dan supliernya harus tunduk aturan dengan memberikan bahan terbaik untuk masyarakat dalam kondisi apapun.
“Sebetulnya sih, pas sekali ada bantuan beras. Cuma masalahnya itu, para suplier itu, mungkin pernah (telat) melakukan stok,” ucap dia.
Widarso menyebut hasil klarifikasi di lapangan terkait buruknya kualitas beras pada awal Januari lalu, terkait dengan minimnya stok di tingkat suplier. Desember lalu ada tiga kali realisasi bansos pangan sehingga kebutuhan beras untuk bansos meningkat, dan tidak diimbangi kecepatan stok yang cukup.
Diketahui, sejumlah komoditas BPNT sempat menjadi polemik karena perubahan jenis dan kualitasnya yang buruk. Dinsos menyatakan setidaknya ada empat kecamatan di Banyumas yang terdeteksi berasnya berbau apek dan tidak enak dimakan.