Karanganyar, Gatra.com - Kelompok peternak di Karanganyar, Jateng membudidaya rumput pakchong untuk menyiasati harga pakan yang melambung. Jenis tanaman persilangan rumput gajah ini menyuplai nutrisi ternak dan mengurangi ketergantungan konsentrat pabrikan.
Ketua Kelompok Ternak Cempaka Unit Usaha Peternakan Punukan, Desa Ngadiluwih Matesih, Rohmat mengatakan harga konsentrat Rp4.050-Rp4.200 perkilogram dari sebelumnya Rp4.000 perkilogram. Ia biasanya membeli 1,5 ton sekali transaksi.
“Memang untuk perkilo, kenaikan harganya tak seberapa. Tapi saya belinya banyak. Sangat terasa. Apalagi per hari butuh 60 kilogram konsentrat. Habisnya kurang lebih sebulan,” katanya kepada Gatra.com di sela aktivitasnya di kandang.
Kelompok peternak yang memiliki 20 anggota ini memelihara 300 ekor kambing jenis boer dan dorper serta 16 ekor sapi jenis limosin. Selain konsentrat pabrikan mahal, ternyata pakan lain juga harganya fluktuatif. Seperti ampas jagung, ampas ketela pohon, bekatul, ampas kopi dan sebagainya.
“Di musim penghujan ini, pakan ternak memang lagi mahal-mahalnya. Soalnya kandungan airnya berlebih. Curah hujan tinggi,” katanya.
Guna menyiasati ongkos pakan, para peternak memproduksi sendiri sebagian kebutuhan tersebut. Satu diantaranya tanaman pakchong. Jenis rumput ini memiliki kandungan nutrisi yang baik dikonsumsi ternak.
Rohmat mengatakan, bibit pakchong ditanam di lahan 3 ribu meter persegi. Saat ini tanaman tersebut sudah berusia satu bulan. Diperkirakan, panennya dua atau tiga bulan lagi.
“Kendalanya pada lahan. Kurang luas. Sehari dibutuhkan 5 kuintal pakan oplosan bekatul dengan pokchong. Sedangkan populasi ternak terus bertambah. Tidak diimbangi produksi tanaman pakan yang cukup,” katanya.
Rumput pokchong memang bisa diganti dengan rumput liar dan tanaman lain. Namun kandungan nutrisinya tidaklah sebagus rumput pokchong.
Di kandang ini, ternak diberi makan tiga kali dengan menu berlainan. Pada pagi hari diberi pakan hijau tanpa fermentasi, sedangkan siang dan sore jenis konsentrat dan fermentasi.