Pati, Gatra.com - Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan telah ditetapkan sebesar Rp14.000 oleh pemerintah. Hanya saja, kebijakan tersebut belum menyentuh harga di tingkat pedagang pasar tradisional di Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Sulimah, salah seorang pedagang Pasar Rogowongso, mengatakan minyak goreng kemasan yang dijualnya masih cukup mahal dengan kisaran harga per liter diangka Rp17.500-20.000. Harga tersebut tidak berubah sejak empat bulan lalu.
"Harga minyak goreng masih tinggi, untuk merek Bimoli yang dua liter Rp39.000, Fortune Rp19.000 per liter, Jujur 900 ml itu Rp19.000, Lentera botol 900 ml harganya Rp17.000," ujarnya perempuan berusia 50 tahun itu, Kamis (20/1).
Disebutkannya, harga Rp14.000 minyak goreng kemasan hanya ada di toko moderen dan belum menyentuh pedagang di pasar tradisional.
"Yang Rp14.000 belum ada di pasar tradisional. Sepengetahuan saya baru di toko modern. Tapi kalau di pasar belum ada," jelasnya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Pati, Hadi Santosa, menjelaskan kebijakan pemerintah pusat yang berlaku pada Rabu (19/1) itu memang baru ada di swalayan dan retail di bawah naungan Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo). Sehingga belum menyentuh pasar tradisional.
"Harga itu subsidi, jadi swalayan dan toko retail di bawah Aprindo saja. Itu selisih harga langsung dari produsen, sehingga menjadi Rp14.000, itu subsidi harga ya," jelasnya.
Pasar tradisional sendiri, terangnya, diberikan waktu selama sepekan untuk menyesuaikan HET tersebut.
"Pasar tradisional diberikan waktu seminggu untuk menyesuaikan, dari pada nantinya tidak laku. Kita sudah sosialisasi kan ini lewat medsos dan di pasar," sebutnya.