Jakarta, Gatra.com – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid, mendukung upaya Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri membangun Kampung Tagu Ideologi untuk mencegah paham radikal hingga tingkat lingkungan terkecil RW dan RT.
Menurut Syakur, hadirnya Kampung Taguh Ideologi hingga ke lingkungan paling terkecil di seluruh Indonesia, maka masyarakat akan terlibat dalam menjaga lingkungannya masing-masing. “Kampung Tangguh Ideologi ini sudah jelas tujuannya, yaitu pengawasan bersama," ujarnya.
Kampung Tangguh Ideologi ini, lanjut Syakur, juga menuntut pemerintah daerah (Pemda) untuk memastikan wilayahnya tidak ada penyebaran radikalisme, intoleransi, dan terorisme.
Pemda harus terus menerus mengedukasi masyarakatnya soal bahanya radikalisme, intoleransi, dan terorisme. Kemudian, Babinsa, Bhabinkamtibmas, penyuluh agama, perangkat desa atau tokoh masyarakat juga harus memainkan perannya.
Semua pihak di atas juga harus memberikan pemahaman atau edukasi kepada masyarakat mengenai media sosial kerap dimanfatkan oleh pihak atau kelompok radikal untuk menyebarkan pahamnya.
Pihak berwenang harus menutup akun-akun media sosial bahkan pengajian dan lainnya yang menyebarkan paham radikalisme, intoleransi hingga terorisme. Kemudian, pihak penegak hukum memproses pihak-pihak tersebut.
“Tindak tegas, tangkap mereka supaya ada efek jera, agar tak terulang lagi,” tandasnya.
Syakur menyampaikan, penyebaran radikalisme oleh pengusung khalifah dapat menghambat pembangunan nasional. Untuk menghentikannya, pihak kepolisian harus menindak tegas para pelakunya.
"Masalah ini tidak bisa berhenti di teori, harus ada praktik tindak tegas. Tangkap, penjara, tangkap, penjara,” ujarnya.
Sebelumnya, Kasubdit Kontra-Ideologi Ditcegah Densus 88 AT Polri, Kombes Pol. Ponco Ardani, mengatakan, Kampung Tangguh Ideologi juga bertujuan meningkatkan peran empat pilar masyarakat dalam mencegah radikalisme, yaitu Babinsa, Bhabinkamtibmas, penyuluh agama, serta perangkat desa atau tokoh masyarakat.
"Itu tujuannya menciptakan lingkungan terkecil RW, kampung, desa untuk menaggulangi penyebaran radikalisme, teeorisme," kata Ponco.
Dalam Workshop Kebangsaan yang diikuti 109 penyuluh agama dan Bhabinkamtibmas di Jakarta Timur pada Kamis (13/1) tersebut, Ponco mengharapkan Kampung Tangguh Ideologi bisa menyebar luas ke seluruh wilayah NKRI, sehingga Indonesia menjadi negara yang tangguh ideologinya.
“Artinya, kalau satu RT itu sudah tangguh ideologi, maka akan menular ke seluruh Indonesia. Dia akan menjadi negara yang tangguh ideologi," ujarnya.
Menurut dia, Kampung Tanggug Ideologi ini akan menyinergikan seluruh pimpinan di desa untuk mengedukasi masyarakat, mencegah masuknya paham radikal, melindungi masyarakat yang rentan terpapar, mendata dan mengawasi pendatang yang masuk ke lingkungan masyarakatnya, serta menjaga toleransi dan moderasi beragama di lingkungannya.