Jakarta, Gatra.com- Anggota Satuan Tugas Air Susu Ibu Ikatan Dokter Anak Indonesia (Satgas ASI IDAI) Klara Yuliarti mengatakan stunting harus dicegah. Hal ini dikarenakan dapat menimbulkan dampak jangka pendek dan jangka panjang.
"Jangka panjang yang paling tidak kita inginkan adalah kapasitas kognitif berkurang," ungkapnya, via Zoom dalam jumpa pers virtual bertajuk "Peluncuran Modul Indonesian Breastfeeding Course for Clinician (BFCC)" pada Jumat, (14/1).
Dalam jangka pendek, stunting dapat memengaruhi perkembangan otak. "Sekarang kita tahu, paling penting adalah saat ini kita ingin anak Indonesia, generasi nanti anak-anak kita, cucu-cucu, ingin bisa bersaing dengan global," ucap Klara.
Untuk diketahui, stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak, sebagaimana dikutip dari bkkbn.go.id pada Jumat, 14 Januari 2022.
Secara metabolik juga, lanjut Klara, karena sudah terjadi kekurangan nutrisi pada golden age atau masa emas, masa yang sensitif, maka itu akan menyebabkan terjadinya perubahan dari kemampuan metabolisme. Hal ini tergolong pada dampak dari jangka pendek stunting.
Ia menyebut secara sederhananya, nanti lebih gampang gemuk karena kemampuan anak stunting untuk membakar lemak itu lebih rendah dibandingkan tidak stunting. Akibatnya, angka kejadian Non Communicable Disease (NDC) atau penyakit tidak menular meningkat, seperti diabetes, obesitas, dan lain-lain. Ini juga merupakan salah satu dampak jangka panjang dari stunting.
"Jadi ini kenapa stunting itu sangat berbahaya," terang Klara.