Jakarta, Gatra.com - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Republik Indonesia Penny Kusumastuti Lukito mengungkapkan tingkat keamanan serta adverse event atau kejadian tidak diinginkan dari 5 vaksin booster COVID-19 atau dosis lanjutan, yang telah memperoleh Emergency Use Authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat dari Badan POM.
Hal ini disampaikannya via Zoom dalam konferensi pers bertajuk "Persetujuan Vaksin Booster", yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Badan POM RI pada Senin, (10/1).
Penny mengatakan kelima vaksin booster itu adalah vaksin COVID-19 CoronaVac Bio Farma, vaksin Pfizer Comirnaty, AstraZeneca, Moderna, dan vaksin Zifivax. "Pada hari ini, alhamdulillah kami Badan POM bisa melaporkan beberapa vaksin yang sudah mendapatkan izin penggunaan sebagai vaksin booster. Kita semua menyadari bahwa vaksin booster dibutuhkan tentunya untuk kita bisa menangani permasalahan pandemik," ucapnya.
Berdasarkan pertimbangan dari hasil uji klinik terkait keamanannya, kata Penny, kejadian tidak diinginkan dalam vaksin booster COVID-19 CoronaVac Bio Farma itu terdapat reaksi lokal seperti nyeri di tempat suntikan, kemerahan. "Umumnya tingkat keparahannya grade 1, 2," terangnya.
Kemudian Penny mengatakan bahwa imunogenisitas menunjukkan peningkatan titer antibodi netralisasi hingga 21-35 kali setelah 28 hari pemberian vaksin booster ini pada subjek dewasa.
Sedangkan untuk vaksin booster Pfizer Comirnaty, tuturnya, data-data menunjukkan keamanan. Juga kejadian tidak diinginkan sifatnya lokal, umumnya adalah nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, demam, dengan grade 1 sampai 2. "Imunogenisitas menunjukkan peningkatan nilai rata-rata titer antibodi netralisasi setelah 1 bulan [pemberian vaksin booster ini], sebesar 3,3 kali," ujar Penny.
Lanjutnya, untuk vaksin booster AstraZeneca, menunjukkan data keamanan dapat ditoleransi dengan baik. Di mana dilaporkan adverse event-nya bersifat ringan dan sedang, ringan lebih besar sebanyak 55% dan sedang 37%. Dan imunogenesitasnya menunjukkan peningkatan nilai rata-rata titer antibodi dari 1.792 menjadi sekitar 3,5 kali.
Untuk kejadian tidak diinginkan vaksin booster COVID-19 Moderna dan Zifivax, Badan POM tidak merinci lebih lanjut. Namun, Penny menyebut vaksin booster Moderna menunjukkan respon imun antibodi netralisasi sebesar 13 kalinya setelah pemberian dosis booster pada subjek juga dewasa, 18 tahun ke atas.
Serta untuk Zifivax, jelasnya, pemberian dosis booster ini menunjukkan peningkatan titer antibodi netralisasi meningkat lebih dari 30 kali pada subjek seusai mendapatkan dosis primer Sinovac atau Sinopharm 6 bulan ke atas.