Jakarta, Gatra.com – Fenomena perubahan iklim berdampak sangat luas terhadap kehidupan manusia, hewan, dan tanaman. Selain kenaikan suhu bumi, keadaan ini juga mengubah sistem iklim yang dapat memengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam.
Hal tersebut disampaikan penasihat senior kebijakan kehutanan dan perubahan iklim ‘FORCLIME’, Wandojo Siswanto, dalam diskusi daring pada Sabtu (8/1). Dia mengatakan, fenomena itu memicu cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir, kebakaran hutan, dan awal musim yang tak menentu.
“Perubahan iklim juga mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas air [tawar]. Tak hanya itu, air laut akan semakin naik karena mencairnya es di kutub. Kemudian, sebagian daerah pesisir dan pulau-pulau kecil berpotensi tenggelam,” jelas Wandojo.
Menurut Wandojo, perubahan iklim terjadi lantaran peningkatan konsentrasi gas karbondioksida dan gas lainnya di atmosfer. Kandungan-kandungan ini selanjutnya menyebabkan efek gas rumah kaca (GRK).
Saat ini, konsentrasi GRK di atmosfer mencapai sekitar 414,3 ppm. Suhu bumi dapat naik sebesar 2° celcius jika konsentrasi GRK meningkat hingga lebih dari 500 ppm.
Wandojo menuturkan, tindakan mitigasi perubahan iklim perlu menjadi perhatian serius. Setiap pihak mesti ikut terlibat dalam upaya menekan kenaikan suhu bumi. Hal itu bisa berupa pemanfaatan energi bersih dan perilaku hemat energi.
“Perubahan iklim juga dapat menimbulkan penurunan tingkat produksi pertanian, karena musim yang berubah. Bahkan, bisa pula terjadi gagal panen dan berkurangnya area pertanian,” imbuhnya.
Indonesia telah memiliki beberapa kebijakan terkait perubahan iklim. Ada nationally determined contribution (NDC), long-term strategy for low carbon and climate resilience 2050 (LTS-LCCR 2050), forest and land use (FoLU) net sink 2030, serta low carbon development Indonesia (LCDI).