Kendal, Gatra.com - Sebuah inovasi baru dilakukan Ketua DPRD Kendal Jawa Tengah, Muhammad Makmun demi mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) di Kendal, dan memberdayakan masyarakatnya.
Makmun menyampaikan tempat itu sengaja didirikan sebagai bagian dari upaya kebersamaan yang dibangun, agar anak-anak muda di Kendal lebih bisa mengembangkan diri dan memberdayakan masyarakat menuju hari esok yang lebih baik.
"Di Kendal potensinya luar biasa banyak. Dilihat dari letak geografis berupa dataran rendah dan pegunungan tentu cara pemberdayaan melalui cara berbeda. Tapi yang terpenting adalah semangatnya," kata Ketua DPRD Kendal Muhammad Makmun, di Rumah Joglo Pemberdayaan yang berada di Desa Penanggulan Kecamatan Pegandon, Jumat malam (7/1).
Makmun menjelaskan, semangat yang menjadi modal utama dalam pemberdayaan adalah kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan semua potensi wilayah menjadi sesuatu yang potensial.
Dia bersama dengan anak-anak muda yang tergabung di Rumah Joglo Pemberdayaan, dalam langkah awalnya akan study banding ke Kawasan Widuri di Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang, sebagai sebuah inspirasi yang selanjutnya akan diterapkan di Kabupaten Kendal.
Rumah Joglo Pemberdayaan sendiri beisikan para pemuda yang mau diajak bareng-bareng dalam mengembangkan diri dan memberdayakan masyarakat.
"Di sini kami membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja yang mau bergabung untuk memaksimalkan perannya agar bisa memberikan kemanfaatan bagi masyarakat," ujarnya.
Politisi PKB ini berharap, pemerintah daerah yang memiliki peran cukup besar dalam memberdayakan masyarakat, harus bisa lebih melayani dan memberikan kemanfaatan yang akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Pemerintah daerah dengan segala kewenangannya sebagai mitra akan terus kita dorong untuk terus melakukan pemberdayaan masyarakat," tandasnya.
Usai launching, acara yang menghadirkan puluhan pemuda Kendal ini dilanjutkan dengan acara diskusi yang menghadirkan Direktur Umum Kawasan Widuri, Maskup Arsyad.
Sebagai monivator dalam diskusi tersebut, Maskup menuturkan sejarah berdirinya Kawasan Widuri yang dikelolanya. Kawasan Widuri merupakan konsep kawasan yang terintegrasi. Masyarakat di sana berada di daerah tadah hujan, sehingga banyak yang pergi dari desa.
"Dari sini mulai muncul banyak lahan yang kosong tak termanfaatkan, termasuk tanamannya," beber Maskup.
Dengan kondisi itu, mulailah berdiri Kawasan Widuri yang diawali dengan peternakan jangkrik. Kemudian dikembangkan dengan usaha sampah karena jangkrik yang diternak membutuhkan gedebok pisang. Selain itu, sampah di masyarakat juga tidak dikelola.
"Selanjutnya berdiri unit pengelolaan sampah, unit peternakan cacing dan lainnya sesuai dengan potensi yang ada," ungkapnya.
Dalam pengelolaan bisnisnya telah dipersiapkan dari hulu hingga hilir agar yang dikelola tidak sekadar menciptakan saja, namun juga berproduksi dan memasarkannya dengan keterlibatan masyarakat setempat.
"Ini adalah bisnis impact karena selain menghasilkan juga melibatkan masyarakat juga ikut merasakan hasilnya serta turut berkecimpung di dalamnya," jelasnya.
"Ini sudah berjalan dua tahun dan sudah berkembang," imbuhnya.
Dia berharap, kawasan yang dikelolanya dapat menginspirasi daerah-daerah lain sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap wilayah.
Di Kendal, jika ingin melakukan hal yang sama perlu dilakukan sebuah kajian.
Maskup membeberkan, di kawasan yang dikelolanya, sebelumnya telah dilakukan analisis terlebih dahulu. "Analisis perlu dilakukan secara mendalam agar usaha yang akan dirintis tidak berhenti di tengah jalan," katanya.