Jakarta, Gatra.com – Kemunculan virus Covid-19 varian Omicron memicu kekhawatiran pada pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2022. Varian Omicron diketahui punya tingkat penularan yang tinggi, meski gejala yang ditimbulkan lebih ringan daripada varian Delta.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menyebut pandemi Covid-19 masih menjadi batu ganjalan bagi perekonomian Indonesia. Sebab, mutasi virus corona bisa menimbulkan ketidakpastian bagi aktivitas ekonomi masyarakat.
“Selain pandemi, kita juga memiliki beberapa tantangan sekaligus peluang ekonomi. Pertama, inflasi energi. Tantangan ini perlu diperhatikan serius, apakah sifatnya temporer karena peningkatan aktivitas semi normal warga di luar rumah,” katanya, Jumat (7/1).
Di sisi lain, inflasi energi yang dialami sejumlah negara justru menguntungkan posisi Indonesia. Pasalnya, Indonesia mempunyai cadangan batubara dalam jumlah yang besar.
Bhima menuturkan, kenaikan harga komoditas energi berisiko menciptakan inflasi. Khususnya, penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik. Dia menilai, inflasi yang tinggi akibat keterbatasan pasokan bukanlah pertanda baik.
“Kalau inflasinya terjadi karena banyak yang membeli, itu kabar bagus. Namun, ada juga inflasi lantaran sisi pasokan. Ini adalah inflasi yang paling dibenci, karena inflasinya belum mencerminkan sisi permintaan, tetapi lebih ke arah gangguan dari pasokan,” jelasnya.
Tantangan kedua yaitu inflasi pangan. Harga komoditas pangan cenderung meningkat secara global. Keadaan tersebut turut didorong oleh risiko cuaca ekstrem dan gangguan pada rantai pasok. Sehingga, inflasi pangan juga perlu ditekan.
Ketiga, standardisasi lingkungan hidup. Menurut Bhima, perhatian kepada masalah perubahan iklim terus meningkat. Hal ini akan berpengaruh terhadap pembiayaan dan investasi.
“Peluangnya adalah ekosistem kendaraan listrik akan menjadi salah satu primadona sepanjang tahun 2022 dan ke depan. Semua orang akan bicara ‘ngapain beli mobil BBM, sekarang eranya mobil listrik’. Produsen mobil listrik dengan harga terjangkau akan makin banyak,” imbuhnya.
Karena itu, industri dalam negeri harus memiliki kesiapan terkait standardisasi lingkungan hidup yang bagus. Terlebih, kesanggupan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia menghadapi tantangan tersebut.