Jakarta, Gatra.com - Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Dr Amin Soebandrio menilai peleburan tempat yang ia pimpin ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merupakan kemunduran.
Menurut Amin, salah satu kerugiannya yakni Indonesia kehilangan peneliti-peneliti berkompeten. Sebab, ratusan Peneliti Eijkman berstatus non-PNS akan berhenti bekerja. Padahal, peneliti dari Eijkman sudah memegang empat prinsip utama dalam melakukan penelitian.
"Mereka yang sudah bekerja di Eijkman itu sudah terbiasa bekerja dan memenuhi research integrity. Integritas mereka sangat tinggi, ada empat prinsip utama yaitu kejujuran, akuntabilitas, profesionalisme, dan sureship," kata Amin dalam diskusi daring, Jumat (7/1).
"Mereka adalah tenaga yang sudah terbiasa di lingkungan yang memenuhi empat persyaratan tadi. Jadi, kalau mereka diputus dan dilepas ya sayang sekali," sambungnya.
Lebih lanjut, Menurut Amin dengan kemampuan yang dimiliki mantan peneliti Eijkman, bisa saja mereka akan berkarir di luar. Dengan begitu, Indonesia kembali dirugikan, sebab mereka akan berkontribusi untuk negara lain.
"Yang akan menuai sih banyak, tapi buat Eijkman sendiri sudah dikembangkan dengan susah payah selama 30 tahun ini tentu terus terang sudah pasti ini merupakan suatu kemunduran buat Lembaga Eijkman," katanya.
Oleh sebab itu, Amin tak memungkiri kecewa dengan keputusan negara melebur LBM Eikjman yang kini berubah nama menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBM Eijkman) ke BRIN.
"Perasaan sudah pasti tidak bisa dipungkiri pasti ada rasa kecewa, walaupun sebenarnya kita memahami kehadiran BRIN merupakan upaya memperbaiki iklim dan juga kinerja penelitian di Indonesia," ucapnya.