Transformasi Sektor Logistik dan Rantai Pasok dengan Teknologi & Digitalisasi
Oleh: Muhammad Ali Arafat*
Di dua tahun terakhir ini, sejak awal 2020, Indonesia mengalami pandemi COVID-19 dengan sejumlah dampak di belakangnya. Dengan pemberlakuan beberapa kali pembatasan sosial di seluruh wilayah, menyebabkan banyak aspek dan sektor terdampak. Tak terkecuali sektor logistik dan rantai pasok, yang pada awalnya mengalami dampak yang cukup serius. Sektor logistik dan rantai pasok memegang peranan vital dalam menjamin keberlanjutan operasional proses produksi dan pemasaran dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Demi memastikan rantai pasok yang efektif, diperlukan arus informasi yang baik, lancar, dan terbangunnya kepercayaan antara perusahaan, pemasok dan konsumen.
Untuk keberlanjutan sektor logistik, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus berupaya melancarkan transportasi logistik. Hal itu tertuang dalam kampanye kolaboratif “Konektivitas Logistik Pacu Ekonomi”. Salah satunya dengan melakukan revitalisasi dan pembangunan infrastruktur transportasi untuk meningkatkan konektivitas di berbagai wilayah Indonesia, guna melancarkan pergerakan manusia maupun logistik. Sejalan dengan itu, optimalisasi jaringan rantai pasok dan logistik berbasis teknologi menjadi solusi pendukung.
Negara seperti Indonesia, penting untuk memastikan adanya optimalisasi jaringan rantai pasok - terlebih di tengah kondisi pandemi COVID-19. Pandemi menjadi faktor dan tantangan tambahan bagi pelaku industri melakukan aktivitas bisnis. Karena itu, optimalisasi jaringan memegang peranan penting dalam mengurai permasalahan tersebut. Pasalnya, optimalisasi ini berfokus pada kemampuan menemukan dan mengeliminasi proses yang tidak efisien di tengah rangkaian kerja rantai pasok.
Secara progresif, optimalisasi bekerja dengan memanfaatkan model jaringan yang mengandalkan data, kolaboratif dan adaptif - bahkan dengan memanfaatkan insight dari kondisi bisnis lokal. Optimalisasi jaringan rantai pasok juga menjadi inti dari upaya berbagai brand dan operator logistik dalam memberikan layanan dengan standar terbaiknya. Namun, seringkali tidak semua pelaku bisnis memanfaatkan optimalisasi tersebut dengan bijaksana. Ketimpangan pada penerapan teknologi dan digitalisasi menjadi salah satu faktornya. Padahal, jika dilakukan dengan baik, optimalisasi jaringan rantai pasok ini dapat mendukung penghematan biaya hingga dua kali lipat.
Sejumlah strategi berbasis teknologi dan digitalisasi penting untuk dilakukan pelaku industri logistik dan rantai pasok demi memiliki keberlanjutan yang lebih baik bagi bisnisnya, mulai dari modernisasi sistem back-end, optimalisasi jarak tempuh akhir dan perencanaan jaringan yang lebih baik.
Modernisasi Sistem Back-End
Studi menemukan pengirim bisa kehilangan hingga US$150.000 (setara lebih dari Rp 2,1 miliar) per tahun dari kesalahan faktur. Proses manual berisiko menimbulkan biaya tambahan saat kesalahan manusia terjadi. E-commerce terus berkembang pesat selama pandemi, demikian juga biaya tidak terduga ini. Digitalisasi dan otomatisasi proses back-end seperti manajemen pesanan adalah langkah pertama yang penting dalam pengoptimalan jaringan. Hal ini tidak hanya membebaskan SDM untuk tugas yang lebih bernilai tambah, tetapi juga menciptakan peluang untuk memusatkan data dari proses di seluruh rantai pasokan untuk kecepatan dan kejelasan yang lebih baik dalam pengambilan keputusan.
Mengoptimalkan Pengiriman Last-Mile
Biaya pengiriman last-mile dapat mencapai 53% dari total biaya pengiriman. Jarak yang ditempuh, waktu yang dibutuhkan, dan biaya pergerakan semuanya berkontribusi pada hal ini. Teknologi pengoptimalan rute menangani hal ini dengan membantu setiap kendaraan pengiriman mencapai tujuan dengan rute yang lebih pendek dan lebih baik, sehingga mengurangi jumlah keseluruhan kendaraan yang dibutuhkan untuk memenuhi sejumlah pesanan tertentu. Integrasi dengan sumber data eksternal dapat memungkinkan kondisi lalu lintas dan cuaca serta hambatan potensial lainnya untuk diperhitungkan dalam pembuatan rute, yang selanjutnya meningkatkan akurasi.
Merencanakan Jaringan yang Lebih Baik
Pada tingkat yang lebih luas dan lebih strategis, teknologi juga memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi tindakan yang ideal untuk rantai pasok mereka dan bersiap untuk perubahan tak terduga jauh-jauh hari. Salah satu contohnya replika digital, yang memanfaatkan data rantai pasok secara real time untuk membangun replika virtual jaringan logistik demi menguji dampak skenario seperti relokasi fasilitas, sumber alternatif, atau gangguan tak terduga.
Pendekatan ini mengungkapkan peluang penghematan biaya sebanyak US$60 juta (setara lebih dari Rp850 miliar) untuk produsen global selama studi pengoptimalisasi jaringan yang dilakukan di tengah puncak disrupsi yang disebabkan pandemi COVID-19.
Dari modernisasi dan merampingkan proses individu hingga perubahan di seluruh jaringan, teknologi saat ini memiliki peran yang sangat penting dan lebih relevan dari sebelumnya untuk dimainkan dalam menciptakan sistem rantai pasok yang lebih tangguh dan hemat biaya.
*Penulis saat ini menjabat sebagai Business Development Director Southeast Asia, Quincus