Jakarta, Gatra.com - Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta baru saja meluncurkan survei nasional bertajuk “Anak Muda dan Covid-19: Berbhineka Kita Teguh, Ber-hoax Kita Runtuh” pada Rabu, (5/1).
Salah satu temuan survei tersebut menunjukkan bahwa sekitar 20%-31% siswa-siswi di Indonesia mempercayai teori-teori konspirasi yang berkembang dan mengitari pandemi Covid-19 dua tahun belakangan ini.
Dari total sejumlah 2.358 responden survei, sejumlah 31,5% responden percaya bahwa rumah sakit kerap kali mengcovidkan pasien untuk mendapatkan suntikan dana.
Sementara itu, sejumlah 20,5% responden percaya bahwa Covid hanyalah flu biasa yang dinyatakan berbahaya oleh pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan bisnis.
Lalu sebanyak 20,5% responden menyatakan bahwa Covid-19 adalah senjata biologi yang dibuat oleh negara maju untuk melemahkan negara berkembang.
Untungnya, jumlah responden yang tidak mempercayai ketiga situasi di atas berada di kisaran angka 70% ke atas. “Mereka yang bersikap fatalis akan makin cenderung percaya terhadap hoaks atau teori konspirasi yang berkembang,” kata salah satu penyaji temuan survei, Narila Mutia Nasir, dalam pemaparannya.
“Bagi siswa yang memiliki deprivasi relatif tinggi, itu juga akan cenderung memiliki kepercayaan terhadap teori konspirasi,” imbuh Narila.
Fatalis adalah sikap yang dimiliki seseorang yang pasrah terhadap situasi yang ada. Sementara deprivasi relatif adalah perasaan merasa kurang (seharusnya mendapat lebih) dibandingkan dengan yang diperolah oleh orang lain.
Survei ini dilangsungkan selama September-Oktober 2021. Sampel responden yang dianalisis adalah sejumlah 2.358 responden, yang merupakan siswa-siswi sekolah SMA se-Indonesia dengan berlatar belakang agama dan etnis berbeda. Survei ini memiliki margin of error 2,02% dengan tingkat kepercayaan 95%.