Bali, Gatra.com- Kondisi pandemi Covid-19 telah membuat aktivitas menggunakan gawai lebih sering. Dalam jangka waktu tertentu, hal ini dapat menyebabkan organ mata menjadi lelah. Meski tidak berbahaya, namun jika dibiarkan, mata lelah bisa menimbulkan gangguan kesehatan.
Mengacu pada studi penelitian di Cina efek dari pandemi Covid-19 telah meningkatkan kasus Myopia atau gangguan mata minus bahkan pada anak-anak, yaitu selama tahun 2020 anak usia 6 - 8 tahun ternyata tiga kali lipat lebih rawan terkena miopia dibandingkan sebelum periode Pandemi Covid-19 berlangsung.
Pada kasus Myopia, Spesialis Mata Siloam Hospitals Bali,
Dr. dr. Ariesanti Tri Handayani, Sp M(K) mengatakan, mata minus atau miopia terjadi karena cahaya yang masuk kedalam mata jatuh di depan retina mata. Hal ini dipicu oleh panjang bola mata yang bertambah atau kemampuan mata dalam memfokuskan cahaya sehingga objek yang jauh terlihat buram.
"Ada dampaknya pada mata, yaitu terbagi dua, mata Lelah atau mata kering yang disebabkan karena Computer Vision Syndrome (CVS), dan Akomodasi karena jangka lama yang diakibatkan adanya penambahan ukuran refraksi (miopia) yang progresif," tutur dr. Ariesanti, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (31/12).
Dia menerangkan, CVS merupakan masalah pada organ mata dan penglihatan yang bersifat kompleks pun terkait dengan fungsi mata dalam aktivitas dekat yang berhubungan dengan komputer. "Gambar pada layar komputer memiliki batas yang tidak tegas sehingga mata akan berusaha untuk memfokuskan bayangan saat melihat layar komputer," ujarnya.
Nah usaha memfokuskan bayangan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan kelelahan pada otot mata (akomodasi). Sehingga otot mata menjadi tegang dan menimbulkan gejala eye strain atau asthenopia sehingga terjadi CVS.
"Termasuk adanya penyakit pada tubuh seperti Diabetes Melitus, alergi, autoimun, dan lainnya. Adapun penggunaan obat-obatan yang memicu penyakit mata kering misalnya obat anti glukoma, obat hipertensi, dan anti depresi, baik usia yang sudah lanjut juga ikut mempengaruhi penyakit pada mata dan sistematik", imbuhnya.
Gejala yang disebabkan pada mata akibat konsentrasi di depan komputer sehingga turunnya refleksi berkedip hingga 6 - 8 kali per menit dan berakibat menurunkan kualitas air mata.
Ini yang dinamakan gejala penyakit mata kering, sementara untuk gejala kelelahan mata karena adanya usaha memfokuskan bayangan saat menatap komputer pada jangka waktu yang lama sehingga berakibat otot siliaris berkontraksi.
Gejala pada otot atau tulang belakang juga diakibatkan karena cara duduk yang salah berulang-ulang seperti membungkuk, atau tidak tegak, dan tekuk leher yang menekuk sehingga membuat aliran darah kurang lancar.
Akibat hal diatas maka akan mengalami keluhan CVS seperti penglihatan kabur saat melihat dekat ,kabur saat melihat jauh setelah menggunakan komputer, serta kesulitan memfokuskan bayangan dari satu jarak ke jarak yang berbeda.
Sementara keluhan yang berhubungan dengan penyakit mata kering adalah iritasi/terasa panas seperti terbakar, mata terasa kering, tegang, dan sakit kepala serta kelelahan pada mata.
"Untuk itu guna mencegah terjadinya CVS maka sebaiknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu periksa kondisi mata sebelum menggunakan komputer, pastikan cukup penerangan dengan posisi duduk yang ergonomis, serta meminimalisir glare (silau) dan sesuaikan brightness (terang) dan contrast (kontras)," papar Alumnus spesialis mata Universitas Airlangga ini menjelaskan.
Jarak yang ideal untuk mata dalam penggunaan smartphone sekitar 1 inci dan untuk komputer sekitar 2 inci. Serta 10 inci untuk televisi atau kurang lebih 3 meter. "Lalu biasakan melihat jarak jauh sekitar 20 kaki selama 20 detik setelah maksimal melihat jarak dekat setelah 20 menit," terang dr Ariesanti.
Untuk mengatasi keluhan ini maka koreksi kelainan refraksi (minus, plus, silinder). Hindari pemakaian lensa kontak bila bekerja lama di depan komputer. Gunakan tetes air mata secara rutin. Mengkonsumsi suplemen seperti omega-3, vitamin D, dan antioksidan.
Karena efek jangka panjang pada penggunaan komputer akan terjadi peningkatan jumlah penderita myopia pandemic dan terjadi penambahan ukuran myopia progression. Jika hal ini terus terjadi maka akan mengakibatkan mata malas, mata juling, galukoma, retinal detachment yaitu lepasnya lapidan retina, serta miopia patologis.