Jakarta, Gatra.com - Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Rommy Fibri Hardiyanto, menilai literasi terhadap budaya sensor mandiri (BSM) masih harus dilakukan pendorongan secara menyeluruh kepada masyarakat. Langkah ini dinilai penting, agar masyarakat mampu memilah dan memilih tontonan sesuai klasifikasi usia.
Romi mengatakan, budaya sensor mandiri sangat penting di tengah derasnya informasi lewat beragam tontonan saat ini. Dia menjelaskan, berdasarkan data Kemenkominfo, sebanyak 202,9 juta pengguna internet di Indonesia. Romi pun menyebut, 66 juta di antaranya mengakses platform Over The Top (OTT) untuk menonton film.
"Nah, kalau tidak kita bekali dengan sensor mandiri, akan sangat sayang. Penting sekali untuk kita sama-sama merangkul dan kita galakkan literasi sensor mandiri," ujar Romi dalam kegiatan Deklarasi Nasional Pencanangan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Jakarta, Kamis (30/12).
Romi pun menyebut, Budaya sensor mandiri sangat penting dalam memilih tontonan sesuai klasifikasi usia. Menurutnya, jika literasi sensor mandiri terus diberikan fungsi pengawasan bisa lebih mudah.
"Yang penting diberi literasi kalau menonton harus sesuai klasifikasi usianya. Intinya literasi agar masyarakat dapat memilah dan memilih tontonan sesuai klasifikasi usianya," tuturnya.
Sementara itu, Anggota Komisi X DPR Desy Ratnasari pun mengamini pernyataan Romi. Menurut Desy, budaya sensor mandiri pun punya nafas yang sama dengan pentingnya regulasi pendukung UU Perfilman. Hal ini untuk merespons adanya budaya baru di masyarakat dalam mengakses informasi.
"Sambil menunggu regulasi ini hadir, maka LSF pun harus menyiapkan masyarakat yang mandiri dalam menyensor. Jadi jika kebijakan jalan masyarakat sudah terbiasa," pungkasnya.