Batanghari, Gatra.com - Data pokok pendidikan (Dapodik) sejumlah Sekolah Dasar (SD) dalam wilayah Kabupaten Batanghari, Jambi selama ini diduga asal isi. Kepala SD Negeri maupun Kepala SD Swasta dan operator sekolah nekad berkolaborasi demi memperoleh sertifikasi dan akreditasi.
Kepala Bidang Pembinaan dan Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batanghari, Jambi, Ahmad Yani berujar kolaborasi Kepala SD dan operator sangat merugikan sekolah. "Mereka lupa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bisa membaca situasi sekolah, keadaan sekolah, sarana prasarana lewat Dapodik," ucap dia dikonfirmasi Gatra.com kemarin.
Yani berharap tahun depan Dapodik semua sekolah terus di update kebenarannya, jangan asal isi. Temuan pihaknya kadang kala Dapodik berbeda dengan kondisi real sekolah. "Kepala SD ingin sekolah dapat akreditasi A, sempurna bahasanya, tapi mengabaikan kebenaran Dapodik. Hal seperti ini jangan lagi terjadi, ke depan apa adanya," ujarnya.
Menurut dia Kepala SD harus jujur soal Dapodik. Kalau kondisi sekolah rusak, katakan rusak, kalau sekolah kurang ruang kelas, katakan saja kekurangan ruang kelas. "Tapi selama ini untuk dapat sertifikasi dan akreditasi sekolah, dianggap sekolah itu sudah mantap, sudah siap semuanya. Padahal kenyataannya masih ada kekurangan," katanya.
Dinas PDK Batanghari tahun depan akan melihat semua Dapodik sekolah. Ia memastikan semua data dalam Dapodik sesuai fakta di sekolah. Bahkan pihaknya sering mengumpulkan operator sekolah. "Operator harus terus berkoordinasi dengan Kepala sekolah agar mengisi Dapodik yang sebenarnya," katanya.
Ia tak menampik ada beberapa operator menolak perintah kepala sekolah. Ironisnya operator menganggap Dapodik cuma sebatas laporan saja, padahal itulah gambaran sebenarnya keberadaan sekolah. "Ada memang beberapa Kepala SD bukan tidak bisa mengisi Dapodik, tapi mereka tak ada waktu, makanya diserahkan kepada operator untuk meng-update," ucapnya.
Yani secara tegas minta semua Kepala SD harus mendampingi operator sewaktu mengisi Dapodik. Hal ini penting guna memastikan operator benar-benar mengisi Dapodik. "Jangan cuma memberikan perintah, tapi duduk bersama menghadap laptop mengisi Dapodik," ujarnya.
Perihal kondisi real sekolah, Yani minta maaf belum bisa memberi informasi data valid. Soalnya dia mengaku belum juga penuh mengunjungi 204 SD Negeri dan 11 SD Swasta. "Insya Allah awal tahun depan data ini sudah kita punya. Kawan-kawan media boleh datang kesini lagi minta data sebenarnya. Kita bicara persentase tak bisa hanya katanya, kita pastikan memang sekolah ini kurang lokal," katanya.