Banyuasin, Gatra.com – Deru mesin kapal nelayan di perairan Sungsang, saling bersahutan dengan kokokan ayam pejantan yang memecah kebisuan malam. Pagi menyambut dengan hembusan angin yang menebar aroma khas tanaman mangrove, mencuci paru-paru kaum urban dari sesaknya volusi ibu kota.
Sungsang, terletak di muara Sungai Musi yang menghadap Selat Bangka atau Laut Cina Selatan. Secara administratif masuk di wilayah Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), dengan mayoritas penduduknya bersandar pada hasil tangkapan ikan laut. Di mana kawasan yang sedang dipersiapkan untuk destinasi ekowisata, juga termasuk ke dalam buffer zone dari Taman Nasional Sembilang sehingga memberikan keuntungan dan added value dalam hal kelengkapan serta potensi sumberdaya ekowisata.
Sebagai ekosistem perairan yang menjadi tempat singgah beragam jenis burung migran (migratory birds) yang berasal dari belahan dunia seperti Siberia, Cina hingga Antartika di setiap penghujung tahun [berkisar Oktober-Desember]. Berbagai status internasional melekat pada Taman Nasional ini, yaitu sebagai Ramsar Site, Important Bird Area, Cagar Biosfer dan juga sebagai area penting bagi konservasi harimau sumatera. Hal ini menjadi pembeda akan pesona Sungsang.
"Luar biasa alamnya, banyak sekali jenis burungnya. Hari ini ada burung kuntul, burung dara laut, dan beberapa burung migran yang terlihat,” tutur M Hatta salah satu pewarta foto Sumsel, kepada Gatra.com, Senin (20/12).
Ketua Pewarta Foto (PFI) Kota Palembang, ini menyusuri pesisir Sungsang, untuk menyapa serta mendokumentasikan burung migran. Kegiatan demikian, merupakan agenda tahunan baginya. Hanya saja di masa pandemi Covid-19, tahun lalu harus mengubur hasratnya untuk mendokumentasikan burung migran.
“Burung migran seakan memberi pesan, agar kita senantiasa menjaga ekosistem hutan mangrove di daerah ini. Sungsang, dari informasi yang saya dapat, merupakan daerah perlintasan akhir dari burung migran sebelum kembali ke negara asalnya [Siberia],” ujarnya.
Kepala Seksi Pengelola Taman Nasional (SPTN) II, Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang Afan Absori melalui Polisi Hutan Taman Nasional Berbak Sembilang, Nika mengatakan, pasang laut beberapa pekan ini, sedikit menyulitkan untuk melihat koloni burung migran. Karena berpindah ke bagian tengah dan belakang daratan Taman Nasional.
“Masih banyak juga yang bertengger di pohon mangrove bagian bibir pantai Tanam Nasional, termasuk burung kuntul dan juga dara laut. Inilah alamnya, dan kita harus menjaganya,” ucapnya.
Selain kelengkapan sumber daya alam, keunikan cultural resources sebagai ecotourism attraction yang dimiliki masyarakat Sungsang, yang tersebar di Desa Marga Sungsang, Desa Sungsang I, Desa Sungsang II, Desa Sungsang III, dan Desa Sungsang IV, juga dinilai sangat potensial untuk dimanfaatkan dan dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat yang mayoritas nelayan tangkap ikan.
“Selaras dengan Program Strategis Nasional di sektor pariwisata, pak Bupati serius untuk menjadikan kawasan ini sebagai destinasi wisata kebanggaan warga Sumsel,” ujar Camat Banyuasin II, Salinan, yang turut mendampingi para pewarta foto mendokumentasikan si burung migran.
Ia menjelaskan, selain sebagai salah satu paru-paru dunia, Sungsang menyimpan banyak pilihan untuk memanjakan bagi pelancong yang datang. Menurutnya, bagi mereka yang gemar memancing di laut, daerah ini merupakan surganya bagi pemancing ikan dengan nuansa ayunan ombak laut Cina Selatan.
“Kegiatan dari kawan-kawan pewarta foto, untuk mendokumentasikan burung migran, ini bahkan menjadi ikon Sungsang, yang sudah dikenal hingga ke mancanegara. Di sini juga banyak kuliner khas warga Sungsang, yang bisa dinikmati dan menjadi buah tangan wisatawan,” kata Salinan.
Lanjutnya, harmoni alam dan makhluk di dalamnya sesuatu hal yang mahal. Potensi yang dimiliki wilayahnya tersebut, diharap akan tetap terjaga dan menjadi sumber kesejahteraan penduduk Sungsang. “Dengan terbangunnya destinasi wisata alam ini, penduduk kota khususnta Kota Palembang, tidak perlu jauh-jauh lagi ke luar provinsi. Secara tidak langsung ini juga bisa menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat Sungsang, selain melaut untuk menangkap ikan,” ujarnya.