Jakarta, Gatra.com – Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Indonesia telah mengalami 2.853 bencana. Sebanyak lebih dari 85% merupakan bencana hidrometerologi, seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, serta cuaca ekstrem lainnya.
Hal ini disampaikan oleh Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Adila Isfandiari, dalam diskusi bertajuk "Buruk Elite, Rakyat Dibelah", yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Greenpeace Indonesia pada Senin malam (20/12).
"Dan ini semua itu terjadi pada saat temperatur kita di bumi itu baru naik 1,1 derajat Celcius. Bayangkan kalau misalkan itu meningkat menjadi 2 derajat, 3 derajat, atau 4 derajat, pastinya akan lebih masif lagi bencana iklim yang kita hadapi," ujarnya.
Adila mengatakan, komitmen iklim Indonesia atau yang disebut sebagai Nationally Determined Contribution (NDC), akan membawa kenaikan temperatur global mencapai 4 derajat Celcius. "Maka dari itu, komitmen iklim Indonesia masih dianggap sangat tidak cukup ya untuk mengatasi permasalahan ini," terangnya.
Menurut Adila, berdasarkan proyeksi bahwa sektor energi akan menjadi penyumbang emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar di tahun 2030. Karena Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil.
Ia pun mengatakan 88% dari listrik yang digunakan sampai saat ini adalah berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Adapun yang paling mendominasi yaitu batu bara, sebesar 67%.
"Dan dominasi ini tetap akan terjadi hingga tahun 2030, yaitu mencapai 59,4%," kata Adila.