Jakarta, Gatra.com – Kepala Sub-komite Moda Transportasi penerbangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Nurcahyo Utomo, memaparkan catatan akhir tahun mengenai kecelakaan moda transportasi penerbangan pada tahun 2021.
Menurut Nurcahyo, sepanjang 2021, terdapat 19 kecelakaan penerbangan yang diinvestigasi sub-komite. Dari sejumlah 19 kecelakaan tersebut, 9 di antaranya diklasifikasikan sebagai ‘kecelakaan’ (accident), sementara 10 lainnya merupakan ‘kejadian serius’ (serious accident).
Nurcahyo menyebut, beberapa faktor bisa menjadi penyebab kecelakaan penerbangan tersebut, seperti kehilangan kontrol saat di darat atau pun saat mengudara.
“Tetapi yang paling menonjol adalah di sini kita lihat bahwa kejadian pesawat tergelincir atau keluar landasan atau runway excursion adalah masih yang paling besar,” kata Nurcahyo dalam konferensi pers daring yang digelar pada Senin, (20/12/).
“Kemudian kerusakan pesawat selain daripada mesin ini juga mendominasi. Namun yang [juga] paling menonjol yang luar biasa di tahun ini adalah loss of control in flight atau kehilangan kendali saat terbang,” imbuh Nurcahyo.
“Kehilangan kendali ini kami catat ada tiga. Salah satunya adalah SJ182. Kemudian ada kejadian kehilangan kendali helikopter di Cibubur. Helikopternya masuk ke danau di Cibubur. Satu lagi juga helikopter,” jelas Nurcahyo.
Menurut catatan Nurcahyo, pesawat tergelincir menempati posisi pertama penyebab kecelakaan penerbangan dengan jumlah 6 kecelakaan. Posisi tersebut kemudian disusul oleh kerusakan pesawat selain mesin dengan jumlah 4 kecelakaan dan kehilangan kontrol saat mengudara dengan jumlah 3 kecelakaan.
Sementara penyebab-penyebab lainnya—seperti kehilangan kontrol saat di darat, kerusakan mesin pesawat, penerbangan terkendali menuju daratan, dan abnormal runway contact, overshoot/undershoot—hanya terdapat masing-masing 1 kecelakaan.
Jumlah korban jiwa dari seluruh kecelakaan penerbangan yang terinvestigasi di tahun ini tersebut adalah sebanyak 66 korban jiwa. Nurcahyo menyebut bahwa korban paling banyak adalah dari kecelakaan pesawat Sriwijaya Air atau SJ182.
Dirunut dari lokasi penyebarannya, sebanyak 8 kejadian terjadi di Pulau Jawa dengan rincian 4 kecelakaan dan 4 kejadian serius. Itu merupakan jumlah terbanyak untuk satu pulau. Terbanyak kedua terjadi di Papua dengan total 5 kejadian. Rinciannya 4 kecelakaan dan 1 kejadian serius.
“Demikain terjadi karena memang salah satu penyebabnya karena jumlah penerbangan di Papua dan di Jawa paling banyak sehingga juga risikonya paling tinggi,” tandas Nurcahyo.