Pangkalpinang, Gatra.com - Masyarakat Indonesia merayakan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) pada Senin (20/12). Acara digelar di Lapangan Kantor Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan menerapkan protokol kesehatan ketat dan pembatasan peserta.
Hadir dalam agenda tersebut, Menteri Sosial Tri Rismaharini. Risma juga menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengenai semangat HKSN.
Dalam sambutannya, Mensos menyatakan, global warming membawa tantangan luar biasa. Setiap tahun, bencana terjadi di seluruh pelosok negeri dan membawa dampak merugikan bagi kehidupan masyarakat.
"Kita bisa membantu mengurangi dan mengatasi dampak bencana bagi masyarakat dengan bergandeng tangan bersama-sama," kata Mensos pada acara tersebut (20/12).
Hadir dalam acara ini Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman dan jajaran, Wali Kota Pangkal Pinang Maulan Aklil dan jajaran, Forkompimda Kota Pangkal Pinang, perwakilan dari daerah, pejabat Eselon l dan II Kemensos, Staf Khusus Mensos, dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Sosial.
Pada kesempatan tersebut, Mensos juga menekankan, selain bencana alam, bencana non-alam juga tidak kalah serius dampaknya. Contohnya pandemi Covid-19 yang hari ini masih melanda dunia.
Menurut Mensos, pandemi Covid-19, sudah berlangsung hampir dua tahun, tak hanya merenggut ribuan nyawa, tapi juga memberi efek domino yang besar di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Khususnya sektor ekonomi yang terdampak pada pengurangan jam kerja, bahkan sampai kehilangan pekerjaan karena sejumlah perusahaan melakukan efisiensi untuk bertahan di tengah pandemi.
Namun, di balik pandemi, ia melihat betapa kuatnya kerja sama dan solidaritas masyarakat Indonesia, sehingga pandemi berhasil dikendalikan. "Semua eleman masyarakat bahu membahu, menyumbangkan tenaga, pikiran, waktu, harta, bahkan nyawa, untuk menyelamatkan mereka yang terinfeksi Covid-19 dan mencegah penyebarannya. Juga membantu mereka yang terdampak secara ekonomi," katanya.
Kepada hadirin, Mensos juga meminta perhatian terhadap situasi global yang semakin kompetitif yang kini kita hadapi. Untuk memenangkan persaingan, kata kuncinya tetap sama, kita harus kembali memperkuat kebersamaan, persatuan dan kesetiakawanan.
"Jangan terkotak-kotak. Mari kita bergotong-royong dan bersama-sama untuk mengatasi berbagai tantangan. Dengan kekurangan yang kita miliki, jalan keluarnya adalah dengan berkerja sama," katanya.
Ia sangat bersyukur, semangat atau solidaritas yang tinggi dan bergotong-royong itu, sudah terpatri di lubuk hati dan sanubari seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Bahkan sejak zaman perjuangan hingga berdirinya negara ini. Semangat itu tak pernah luntur hingga saat ini, sehingga persoalan seberat dan sesulit apapun bisa diselesaikan.
"Kita semua terpanggil untuk menyingsingkan lengan baju, menyumbangkan tenaga, pikiran, dan apapun yang kita punya. Untuk saling membantu saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air," ujar Risma.
Mensos Risma pun mengenang saat ia menghadapi berbagai keadaan sulit saat diamanahkan memimpin Kota Surabaya. Namun dengan gotong royong dan kebersamaan, semua masalah bisa diatasi.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Erzaldi mengaku bangga menjadi tuan rumah peringatan HKSN tahun 2021. Gubernur menyatakan apresiasi dan terima kasih atas berbagai program yang sudah berjalan selama HKSN tahun ini.
Menggarisbawahi arahan Mensos, ia menyatakan, di tengah-tengah berbagai capaian, tidak dipungkiri banyak saudara-saudara kita yang masih kekurangan. Berbagai bencana juga berdampak pada berkurang atau hilangnya kesempatan masyarakat memperoleh penghasilan.
"Mari kita eratkan gotong royong, kerja sama, dan kebersamaan sebagai kekuatan untuk mengatasi berbagai tantangan," katanya
Tahun 2021 merupakan peringatan HKSN ke-64 dengan mengambil tema HKSN : “PERKOKOH SOLIDARITAS SOSIAL INDONESIA SEJAHTERA”. Tema tersebut secara umum dapat dimaknai bahwa di tengah pandemi Covid 19, perlu dijalin solidaritas memperkuat ketahanan sosial. Tahun ini, kesetiakawanan dipandang sebagai modal sosial mewujudkan Indonesia tangguh dan Indonesia tumbuh. HKSN juga diharapkan dapat memperkuat integrasi sosial, berkomitmen memecahkan tantangan bersama, menuju Indonesia Sejahtera.
Pada kesempatan tersebut, dilaksanakan penganugerahan Satya Lencana Kebhaktian Sosial oleh Mensos kepada 11 tokoh yang dinilai memberikan kontribusi nyata dalam agenda penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Mereka adalah Bupati Bombana H. Tafdil, Bupati Hulu Sungai Selatan Achmad Fikry, Bupati Sumbawa Barat, W. Musyafirin, Walikota Banjarbaru (alm) Nadjmi Adhani, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab. Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat, Antonius Freddy Romy, Dokter Umum/Case Manager RSUD Wamena Provinsi Papua, Maria Louisa Rumateray, Pendiri Agro Edu Wisata Eptilu Kabupaten Garut, Prov. Jawa Barat Rizal Fahreza, Penggiat Sosial Penanganan ODGJ Sinau Hurip Kabupaten Pati Prov. Jawa Tengah Heni Mustikaningati, Guru/Pendiri Yayasan Anugerah Rumah Cinta Karanganyar Kabupaten Karanganyar, Prov. Jawa Tengah Eko Setiyoasih, Pekerja Sosial Masyarakat Kelurahan Marunda Kecamatan Cilincing, Kota Adm Jakarta Utara, Prov. DKI Jakarta Juwadi, Penggagas dan Penanggung Jawab GESER/WWF, Social Development Specialist Kab. Lembur Tengah, Prov. Nusa Tenggara Timur Zakarias Atapada.
Kegiatan HKSN sudah dimulai di sejumlah daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dalam berbagai aktivitas yang bernuansa penguatan kesetiakawanan sosial. Mensos Risma telah tiba di Provinsi Kepulauan Babel dan langsung menggelar sejumlah kegiatan. Minggu pagi, Mensos meninjau dan meresmikan pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) di Kampung Tanjung Laut. Rutilahu itu akan dibuat menjadi rumah layak huni. Dari sini, Mensos menghadiri peringatan puncak Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial (BBKS) di Lapangan Gelora Muntok, Bangka Barat.
Dari lapangan Gelora Muntok, Mensos juga menyempatkan diri mengunjungi Bukit Menumbing, lokasi bersejarah. Di bukit itulah Bung Karno hidup dalam pengasingan dan bersama tokoh bangsa Indonesia lainnya, mematangkan rencana sebelum berunding dengan Belanda pada perjanjian Roem Royen dan Konferensi Meja Bundar.