Kota Surigao, Gatra.com - Jumlah korban tewas akibat topan yang melanda Filipina tahun ini melampaui 200 orang hingga Senin (20/12). Saat ini sejumlah pengungsi mendesak penyediaan pasokan air minum dan bahan makanan.
Palang Merah Filipina melaporkan serangan topan Rai di daerah pesisir berdampak pada hancurnya sejumlah fasilitas seperti rumah sakit, dan sekolah-sekolah.
Kepolsian nasional melaporkan bahwa sedikitnya 208 orang tewas dan 52 hilang dalam bencana terbaru, yang melanda kepulauan tersebut. Ratusan korban lainnya terluka setelah badai melanda wilayah selatan dan tengah.
Lebih dari 300.000 orang mengungsi meninggalkan rumah dan resor di tepi pantai mereka saat Rai menghantam negara, itu mulai hari Kamis.
"Situasi kami sangat putus asa," kata Ferry Asuncion, seorang pedagang kaki lima di kota tepi laut Surigao yang dilanda badai, dikutip AFP, Senin (20/12).
Warga sangat membutuhkan "air minum dan makanan," tambahnya.
Gubernur provinsi Arthur Yap di halaman Facebook resminya menyebut salah satu pulau yang paling parah terkena dampak adalah Bohol - yang terkenal dengan pantainya, "Chocolate Hills", dan primata tarsius kecil - di mana setidaknya 80 orang telah meninggal.
Banyak rumah kayu di kota pesisir Ubay juga rata dengan tanah dan perahu nelayan kecil ikut hancur di pulau itu.
Terdapat juga kerusakan yang meluas di pulau Siargao, Dinagat dan Mindanao, akibat badai saat menghantam negara itu dengan kecepatan angin 195kmh.
Sedikitnya 10 orang tewas di Kepulauan Dinagat, kata petugas informasi provinsi Jeffrey Crisostomo kepada AFP, Minggu.
"Tidak ada air lagi, kekurangan air, pada hari pertama sudah ada penjarahan di lingkungan kami," kata pemilik resor Siargao Marja, O'Donnell kepada CNN Filipina.
Badai itu telah memberikan pukulan telak di sektor pariwisata negara itu, yang mana sudah berjuang untuk kembali pulih setelah pembatasan COVID-19 menghancurkan jumlah pengunjung.
Listrik juga padam, mempengaruhi stasiun pengisian air dan ATM.
Beberapa korban menyatakan kecewa atas tanggapan pemerintah terhadap bencana tersebut.
"Tidak ada yang muncul - saya tidak tahu di mana para politisi dan kandidat (pemilihan)," kata Levi Lisondra yang tampak marah, seorang penduduk lanjut usia di Kota Surigao, di ujung utara Mindanao.
"Kami membayar pajak besar ketika kami bekerja dan sekarang mereka tidak dapat membantu kami," tambahnya.
Presiden Rodrigo Duterte mengunjungi beberapa daerah yang terkena dampak paling parah pada hari Sabtu dan berjanji untuk membantu dana dua miliar peso (US$40 juta) dalam upaya pemulihan.
Ribuan personel militer, polisi, penjaga pantai, dan pemadam kebakaran telah dikerahkan ke daerah-daerah yang terkena dampak parah.
Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa topan menjadi lebih kuat dan menguat lebih cepat ketika dunia menjadi lebih hangat, karena perubahan iklim.
Filipina - peringkat di antara negara-negara yang paling rentan di dunia terhadap dampak perubahan iklim - dilanda rata-rata 20 badai dan topan setiap tahun, yang biasanya merusak rumah dan infrastruktur di daerah yang memang sudah miskin.
Topan Haiyan, yang disebut Yolanda di Filipina, pada saat itu merupakan badai paling mematikan yang pernah terjadi dan menyebabkan lebih dari 7.300 orang tewas atau hilang.