Home Lingkungan Ekonomi Sirkular, Konsep Kaum Muda Atasi Perubahan Iklim

Ekonomi Sirkular, Konsep Kaum Muda Atasi Perubahan Iklim

Jakarta, Gatra.com - Executive Director of Indonesia Business Links (IBL), Yayan Cahyana menuturkan, bentuk kepedulian generasi muda terhadap persoalan perubahan iklim yang terjadi di Indonesia menentukan masa depan.

 

Menurut Yayan, untuk meminimalisir dampak perubahan iklim, salah satu konsep yang didorong yakni ekonomi sirkular. Konsep ini dinilai mampu menjaga sumber daya alam dalam jangka waktu panjang. Selain itu memulihkan dan meregenerasi produk dan material pada tingkat akhir sehingga memiliki nilai guna.

 

"Secara tidak langsung, kita telah berupaya menjaga lingkungan agar tidak terdampak terlalu jauh oleh perubahan iklim," beber Yayan dalam keterangannya, Sabtu (18/12).

 

Untuk menunjang konsep ekonomi sirkular, sambung Yayan, dibutuhkan seseorang dengan jiwa kewirausahaan yang tinggi tetapi tetap membawa dampak postitif pada kehidupan sosial dan kelestarian lingkungan. Di sinilah kemudian generasi muda, bisa masuk dan berkontribusi sebagai Eco-Sociopreneur. 

 

"Pemuda adalah tulang punggung kita di masa depan. Maka dari itu IBL sejak 2004 mengembangkan aktifitas anak muda. Salah satunya melalui program Skilled Youth," ucap Yayan. 

 

Ditambahkan Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia, Puni A. Anjungsari, praktik ekonomi sirkular di Indonesia  telah memperlihatkan dampak positif.

Dari data BAPPENAS tahun 2019 menunjukkan,  penerapan ekonomi sirkular dapat berdampak pada penurunan gas rumah kaca mencapai 93,83 juta ton CO2e dan pengurangan pencemaran mencapai 50,59 juta ton polutan. 

 

"Konsep ekonomi sirkular adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim serta tetap menciptakan peluang ekonomi hijau," jelasnya. 

 

Sementara itu, Sub Direktorat Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Radian Bagiyono, pun memaparkan, ketahanan ekonomi  memastikan agar risiko perubahan iklim tidak mengganggu perekonomian. 

 

Hal ini dicapai dengan pembangunan rendah emisi gas rumah kaca (GRK) dan ketahanan sistem pangan, air, dan energi melalui penerapan 5 program kunci. 

 

"Program kunci pertanian dan perekebunan berkelanjutan, penurunan deforestasi dan degradasi hutan (REDD), pemanfaatan lahan terdegradasi, efisiensi energi,  dan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan," pungkasnya.

 

427