Sleman, Gatra.com – Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) berharap Februari nanti kampusnya menggelar pembelajaran tatap muka 100 persen. Pasalnya, hasil pembelajaran secara daring belum memiliki alat pengukur tingkat keberhasilan sesuai kompetensi.
“Kita tetap mewaspadai ancaman varian Omnicron. Sejak 18 Oktober lalu kita sudah menjalankan pembelajaran blended dengan ujian semester dilaksanakan luring,” ucapnya di UGM, Yogyakarta, Sabtu (18/12).
Baca Juga: Nadiem Ingatkan Talenta Digital Jadi Kebutuhan Era Mendatang
Panut menegaskan saat ini pihaknya masih terus berpikir dan berusaha untuk bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka. Dirinya berharap di Februari nanti pembelajaran tatap muka bisa digelar.
Baginya pembelajaran tatap muka penting dibandingkan daring. Menurutnya di pembelajaran daring terlihat seolah-olah penyampaian ilmu atau materi gampang. Namun harus dicek apakah betul ilmu sudah ditransfer dengan baik atau belum.
“Buktinya saat ujian kita tidak bisa menerapkan secara daring penuh. Kita belum memiliki sistem yang bagus dan bisa dipercaya,” katanya.
Baca Juga: UMP Banyumas Bersiap Dirikan Kampus di Banjarnegara
Ujian secara daring jelas membutuhkan kejujuran dari mahasiswa. Di sisi lain, ujian daring memberikan peluang kongkalikong antarmahasiswa dalam pengerjaan ujian. Jika ini yang terjadi, Panut menanyakan bagaimana sistem pengukuran hasil pekerjaan sesuai dengan kompetensi yang bersangkutan.
Pada Februari nanti, Panut menginginkan proses kuliah tatap muka ditingkatkan persentasenya secara bertahap hingga 100 persen. Jika saat ini perkuliah daring mencapai 70 persen, ke depan kuliah daring dikurangi hingga 40 persen.
”Saat ini yang luring masih 30 persen dan kebanyakan adalah jurusan saintek. Sedangkan untuk jurusan humaniora dan sosial masih menyelesaikan semester ini secara daring,” ucapnya.