Lumajang, Gatra.com– Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menyebut ada sekitar delapan juta kubik pasir yang turun akibat peristiwa erupsi Gunung Api Semeru pada 4 Desember lalu.
Jutaan kubik pasir tersebut menyebabkan aliran sungai Besuk Kobokan menjadi tersumbat. Padahal, sungai itu merupakan jalur aliran lahar dari Gunung Semeru ketika terjadi erupsi.
“Apabila ini tersumbat, akibatnya jika ada kejadian lagi akan meluas ke daerah di sekitarnya. Untuk itu, kami melakukan pemetaan baru dan mengimbau masyarakat supaya mematuhinya,” kata Arifin usai meninjau aktivitas Gunung Semeru, Jumat (17/12).
Arifin mengimbau masyarakat agar tidak beraktivitas di dalam zona rawan bahaya yang sudah ditetapkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM. Terlebih, status Gunung Semeru telah dinaikkan, dari level II (waspada) jadi level III (siaga) pada Kamis (16/12) pukul 23.00 WIB.
Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono, menjelaskan bahwa penaikkan status tersebut dilakukan mengingat aktivitas Gunung Semeru masih tinggi. Selain itu, juga telah terjadi peningkatan jarak luncur awan panas guguran dan aliran lava dari puncak Semeru.
“Badan Geologi mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer (km) dari puncak atau pusat erupsi,” katanya.
Di luar jarak itu, masyarakat diimbau tidak berkegiatan pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan. Sebab, area ini berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
“Masyarakat juga tidak boleh memasuki dan tidak boleh beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar,” tambahnya.
Eko menuturkan, warga perlu mewaspadai potensi awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Terutama, sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Menurut Eko, aktivitas awan panas guguran masih berpotensi terjadi lantaran adanya endapan lidah lava dengan panjang aliran ±2 km dari pusat erupsi. Aliran lava tersebut masih belum stabil dan berpotensi longsor terutama di bagian ujung alirannya, sehingga bisa mengakibatkan awan panas guguran.
"Selain berpotensi terjadi awan panas, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi di Gunung Api Semeru. Didukung data dari BMKG, diperkirakan musim hujan masih akan berlangsung selama tiga bulan ke depan," ujarnya.