Jakarta, Gatra.com - Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, pertanian menjadi sektor penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua di Indonesia dengan 13%. Hal ini menunjukkan betapa krusialnya peran pertanian bagi Indonesia, terlebih untuk ketahanan dan pemulihan ekonomi di tengah serta pasca pandemi.
"Kini, dengan transformasi digital di seluruh industri menjadi sebuah arahan utama bagi Indonesia, percepatan digitalisasi pertanian pun menjadi sangat penting karena dapat semakin memberdayakan ekonomi digital Indonesia, yang diprediksi tumbuh hingga delapan kali lipat pada 2030 mendatang,” ujar Glenn Pardede, Managing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo), dalam siaran pers (17/12).
Dalam rangka melanjutkan pemberdayaaan bagi lebih dari tujuh juta petani sayuran nusantara, perusahaan produsen benih hortikultura, Ewindo, terus berupaya meningkatkan produktivitas serta kualitas hasil panen para petani Indonesia melalui penyediaan benih sayuran berkualitas, serta pelatihan dan pembinaan teknik kultivasi modern bagi petani.
Sadar digitalisasi memainkan peran yang sangat penting, terlebih di tengah pandemi yang menuntut akselerasi transformasi digital industri, Ewindo menggandeng Microsoft untuk mempercepat transformasi digital di semua lini perusahaan.
Melihat besarnya potensi tersebut bagi peningkatan kesejahteraan petani, Ewindo mulai mempercepat transformasi digital perusahaan dengan menggandeng Microsoft di awal 2021. Proyek yang ditangani antara lain mulai dari kegiatan riset perusahaan dalam menghasilkan benih berkualitas, penyimpanan dan visualisasi data, hingga pendistribusian benih ke jutaan petani yang tersebar di seluruh area di Indonesia.
“Kami percaya, data memainkan peranan yang semakin penting dewasa ini. Dalam melakukan riset misalnya, kami mengumpulkan banyak sekali data – mulai dari data sekuen DNA tomat yang berukuran sekitar 950 juta pasang basa (950 Mega Basepair) hingga data sekuen DNA cabai yang berukuran sekitar 3,5 miliar pasang basa (3,5 Giga Basepair). Dari situ, kami melakukan proses pengolahan big data untuk mengidentifikasi marka genetik yang membantu menghasilkan benih berkualitas,” ungkap Glenn.
“Selama ini, proses tersebut dapat memakan waktu sekitar 24 jam karena pengolahan data perlu dilakukan on premise. Namun, setelah bertransformasi bersama Microsoft dengan memanfaatkan teknologi cloud, khususnya melalui Microsoft Genomics dan Azure High-Performance Computing, pengolahan data ini dapat dipangkas menjadi sekitar 5 jam. Hasilnya, kami dapat terus menyediakan benih lokal mutakhir yang dapat menghasilkan sayuran berkualitas, sehingga membantu meningkatkan kualitas panen para petani di Indonesia dan berkontribusi terhadap kesejahteraan mereka,” lanjut Glenn lagi.
Contoh lain mengenai pentingnya memanfaatkan pertanian berbasis data ada di bidang penyimpanan serta visualisasi data. Teknologi ini memungkinkan Ewindo mengintegrasikan seluruh data hanya pada satu platform saja, mengidentifikasi masalah, dan mengambil keputusan secara cepat dan akurat. Misalnya, untuk memprediksi permintaan pasar.
Selain itu, teknologi berbasis cloud juga mampu memberikan fleksibilitas yang mendorong kreativitas pekerja. Sebagai contoh, dengan semakin terbiasanya pekerja dalam menggunakan cloud, pekerja Ewindo bahkan bisa mengembangkan program traceability yang memungkinkan distributor untuk melacak status pengiriman benih-benih sayuran.
Adanya program ini memungkinkan Ewindo untuk memperbarui data distribusi secara real time dan menjaga hubungan dengan distributor karena seluruh proses dilakukan secara efektif dan transparan.
Kami berharap transformasi Ewindo dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan dan ekosistem bidang pertanian lainnya untuk melakukan transformasi digital. Secara kolektif, inovasi ini akan kita bangun guna memajukan sektor pertanian Indonesia dan memberdayakan para petani dalam negeri," kata Fiki Setiyono, Azure Business Group Lead Microsoft Indonesia.