Medan, Gatra.com - Melorotnya harga Tandan Buah Segar (TBS) empat pekan belakangan benar-benar membikin petani sawit di Sumatera Utara (Sumut) gelisah. Sampai-sampai pemerintah didesak segera turun tangan.
"Maunya pemerintah menjaga kestabilan harga TBS, agar harganya pro kepada para petani," kata Heri Susanto, petani sawit di Desa Teluk Panji, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, seperti dilansir elaeis.co, tadi sore.
Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Panji Rukun itu khawatir tren penurunan harga akan terus berlanjut. "Harga TBS di KUD saja sudah di kisaran Rp 1.997/kg," ucap transmigran asal Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, itu.
Menurut hitungan Nauli Harahap, petani sawit lainnya di Kabupaten Tapanuli Selatan, penurunan harga TBS dalam empat pekan terakhir secara akumulatif mencapai Rp 400/kg. "Sedih juga kalau terus turun begini," katanya.
Gus Dalhari Harahap, Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut, mendesak para pemangku kepentingan sawit segera mencari tahu penyebab penurunan harga. "Harus diungkap apakah ada aktor yang bermain di balik penurunan harga " katanya.
Dia yakin ada yang tidak beres karena penurunan harga TBS lumayan parah. Harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) juga mengalami penurunan sekitar Rp 1.000/kg
"Ini yang saya katakan minggu lalu, ada situasi anomali yang membuat harga susah untuk diprediksi. Padahal permintaan terhadap minyak nabati naik, tapi kenapa harga kok malah terdegradasi cukup besar?" katanya.
Dia menepis kemungkinan over supply sebagai penyebab penurunan harga TBS. Soalnya, Malaysia sebagai produsen CPO terbesar kedua dunia kembali memperpanjang lockdown demi mencegah penyebaran Covid-19.
"Beberapa perusahaan tangki timbun pun malah mengeluh kurangnya pasokan, enggak ada yang menimbun. Kalau over supply, pastilah tangki timbun di beberapa pelabuhan akan penuh," sambungnya.
"Saran saya kepada pembuat kebijakan, tahan dulu pembicaraan mau buat regulasi ini dan itu. Sebaiknya cari tahu kenapa harga CPO bisa turun di saat permintaan akan minyak nabati masih cukup tinggi," tandasnya.