Jakarta, Gatra.com – Innalilahi wa inna ilaihi roji’un. Kabar duka diberitakan pada Senin pagi, 14 Desember 2021. Widaningsri Soesilo, istri dari Mantan Menko Polhukam Soesilo Soedarman, berpulang di kediamannya, Jalan Panglima Polim III Nomor 7, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Widaningsri lahir di Lamongan, Jawa Timur pada 20 Januari 1931. Ia adalah putri Pahlawan Nasional Muhammad Mangundiprojo. Muhammad menjadi tokoh sentral dalam peristiwa Gedung Internatio. Ia sempat disandera dalam gedung, yang mengakibatkan Jenderal Mallaby terbunuh di depan gedung. Peristiwa ini mengakibatkan gempuran Kota Surabaya oleh Tentara Sekutu, yang melahirkan Hari Pahlawan 10 November 1945.
Pada saat Jenderal Sudirman memimpin Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Jawa Tengah, Jenderal Mayor Muhammad memimpin TKR di Jawa Timur bersama Bung Tomo, dan Doel Arnowo. Saat perlawanan oleh arek-arek Suroboyo, Widaningsri tidak mengungsi dan tetap berada di Surabaya. Ia mendengar kabar ayahnya terkena mortir dan meninggal di Wonokromo, pada perbatasan kota Surabaya.
Menikah dengan Soesilo Soedarman
Widaningsri menemukan ayahnya yang terkena pecahan mortir tertanam di kepalanya, tetapi tidak meninggal. Muhammad kemudian kembali memimpin pertempuran Surabaya. Menjelang Agresi Militer Belanda di tahun 1948, Widaningsri bersama ayahnya berada di Jogjakarta. Disinilah ia bertemu kadet Taruna, yang akhirnya menjadi suaminya, yaitu Soesilo Soedarman. Mereka menikah pada 1951.
Widaningsri bersama suaminya Soesilo Soedarman kemudian bertolak ke Padalarang. Sang Suami sebagai perwira Kavaleri, hampir setiap malam, berpatroli dengan pasukan lapis baja pada jalan antara Jakarta dan Bandung. Karena adanya pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI TII), Batalyon Kavaleri Badak Bercula Satu, selalu berupaya menumpas para pengganggu keamanan pada jalan tersebut.
Terkadang pada pagi hari, Widaningsri sering ikut membantu korban TNI yang terluka dari dalam tank. Tentara TNI terluka setelah pertempuran pada malam harinya, di jalan sekitar Raja Mandala. Menjelang pemberontakan Gerakan 30 September 1965, seluruh keluarga Soesilo pindah ke Magelang, dengan tugas membina para calon pimpinan TNI pada Pendidikan Akademi Angkatan Bersenjata RI (AKABRI).
Di sini, Widaningsri kemudian menjadi ibu Asuh Taruna, mengasuh para calon Jenderal dan calon pimpinan TNI, seperti Endiartono Sutarto, Agum Gumelar, Luhut Pandjaitan dan banyak lagi
Mendampingi Suami menjadi Anggota Kabinet Presiden Soeharto
Karier Soesilo lebih banyak membina dan mengembangkan personalia TNI. Sehingga Widaningsri, juga sedikit banyak ikut menjadi ibu asuh para calon pimpinan TNI, misalnya sebagai istri Komandan Jenderal AKABRI.
Pada akhir karier Soesilo di TNI, keluarga ini kemudian berpindah ke Medan untuk mengamankan bagian Barat Indonesia, dimana Soesilo menjadi Panglima Komando Wilayah Pertahanan Sumatera dan Kalbar. Keamanan di Aceh, Kepulauan Natuna dan perbatasan Kalimantan Barat merupakan tanggung jawab Soesilo.
Setelah berakhir karirnya di TNI, Soesilo kemudian diangkat menjadi Duta Besar RI di Amerika Serikat. Widaningsri kemudian berkenalan dengan ibu Presiden Reagan dan Ibu Wakil Presiden George H Bush. Saat menjadi Duta Besar, di tahun 1988 Soesilo menerima telpon dari Presiden Soeharto untuk pulang menjadi Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi pada Kabinet Pembangunan V.
Pada 1993, Presiden Soeharto kemudian mengangkat Soesilo Soedarman menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam). Namun Soesilo meninggal pada 18 Desember 1997, sebelum tugasnya berakhir di tahun 1998. Presiden Soeharto kemudian memerintahkan untuk berkabung secara nasional dengan pengibaran bendera setengah tiang selama 3 (tiga) hari, dan tidak mengganti dengan Menko Polhukam baru.
Anak-anak Soesilo dan Widaningsri
Pasangan Soesilo dan Widaningsri dikaruniai 5 (lima) anak :
1. Putri pertama adalah Pradewi Indriyastuti Soesilo, Dokter spesialis Rehabilitasi Medik dan berpraktek di Rumah Sakit Pertamina Pusat. Ia menikah dengan Imam Effendi Dokter super spesialis ginjal. Imam mengajar di Fakultas kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan berpraktek di Rumah Sakit Siloam. Pasangan ini dikaruniai 2 (dua) anak dan 6 (enam) cucu.
2. Putra kedua Dwisuryo Indroyono Soesilo, Doktor ahli Remote Sensing, yang kemudian menjadi SesMenko Kesra dan Menko Kemaritiman pertama. Saat ini Indroyono baru terpilih lagi sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) untuk periode 2021 sd 2026. Indroyono menikah dengan Dr. Nining Sri Astuti Satmoko, Doktor bidang Ekonomi Mikro. Nining masih mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Kedua pasangan ini dikaruniai 3 (tiga) anak dan 2 (dua) cucu.
3. Putra ketiga Triharyo Indrawan Soesilo, bergelar Master Teknik Kimia dengan keahlian merancang Pabrik Industri. Ia berkarier di PT Rekayasa Industri menjadi Direktur utama, Komisaris PT Pertamina (Persero), CEO PT Supreme Energy dan saat ini menjabat sebagai Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Investasi serta Komisaris Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Ia menikah dengan Ella Sri Herawati, antropolog yang berkarier di Kementerian Transmigrasi. Pasangan ini dikaruniai 2 (dua) anak dan 1 (satu) cucu.
4. Putra ke-empat adalah Tjarono Indrokusumo Soesilo, adalah Master bidang Hospital Management. Ia meninggal pada 1997, setelah menyelesaikan pendidikannya di USA.
5. Putra ke-lima adalah Pancolo Indrajat yang Master dalam bidang Business Administration dan bergerak dalam bidang kewirausahaan. Ia menikah dengan Dwirina Astuti, Dokter Gigi yang memperoleh Master dalam bidang Health Care Management. Pasangan ini dikaruniai 2 (dua) anak.
Rencana Pemakaman
Jenazah Widaningsri akan diterbangkan ke Cilacap pada Rabu pagi, 15 Desember 2021, untuk dimakamkan di Pemakaman Keluarga Mukti Wibowo Mulyo (MWM), pada Desa Gentasari. Kompleks Pemakaman ini terletak dibelakang Museum Soesilo Soedarman, yang merupakan tempat kelahiran Soesilo pada 1928.